BRIDE PAINTING STORY

 BRIDE PAINTING 



      Harapannya masih tetap seperti hari-hari biasanya, bahkan setiap hari terus mengembang. Musim  panas telah berganti musim dingin yang membuat darah membeku. Jalanan kota New York di penuhi salju yang cukup tebal, membuat para pekerja yang pulang di malam hari ini sangat terganggu. Laki-laki tampan dengan stelan jasnya sedang berjalan membelah jalanan. Jas yang tidak begitu tebal itu membalut tubuhnya yang mengigil mengingat malam ini sangat dingin. Dia merutuki dirinya sendiri karena tidak membawa mantel hangatnya. Mobilnya terpaksa ia tinggalkan karena tidak memungkinkan membawa mobil di jalanan yang penuh dengan tumpukan salju. Petugas pembersih salju pun juga belum turun tangan, semua pengguna jalan terpaksa harus berjalan kaki atau menggunakan kendaraan umum.

“Assalammualaikum, iya ma mungkin akhir bulan ini tugasku sudah selesai. Harusnya mama bersyukur mempunyai anak yang bekerja free line sepertiku. Mama bisa mengunjungi negara yang berbeda setiap tahunnya.”

Suara di seberang telphone itu terus saja mengomel tidak ada hentinya, sedangkan sang anak hanya tersenyum sambil melanjutkan langkah kakinya memasuki supermarket yang menjual sebuah kopi hangat. 

One americano coffe sweet.” Ucapnya sedikit berbisik 

Fokus pada panggilannya lagi,”Iya ma aku janji akhir bulan bakalan pulang. Biarkan anakmu menyelesaikan tugasnya dengan cepat.” Panggilan itu terputus seketika.

Perempuan bule yang sangat menyilaukan mata para lelaki itu memngahampiri Ahmed  dengan gaya lelakinya yang metro sexual. Sedangkan dia masih sibuk dengan coffe di tangannya dan tablet yang berisi jadwal kegiatannya. Hidup di negara orang tidak semudah hidup di negara sendiri. Apalagi dia hidup di kota nomor satu yang ada di neraga U.S.A, membuatnya harus siap dengan segala hal yang dia hadapi setiap harinya. 

“Hi, may i borrow your pen indonesia people?” Sontak Ahmed mendongakkan wajahnya  yang langsung menatap mata biru laut di hadapannya. 

Dia meletakkan tabletnya dan merogoh sakunya,”Ok, this.” 

Perempuan itu menggapai tangan Ahmed dan sedikit memberikan tekanan lalu menuliskan nomor handphonenya di telapak tangan Ahmed. “Call me, i’ll answer  your calling. See you.”

Tidak pertama kalinya dia mendapatkan godaan seperti ini. Di setiap negara yang dia kunjungi dia selalu di hadapkan dengan makhluk hawa yang sangat cantik dan menyilaukan mata. Tapi karena bentengnya terlalu kokoh dia tetap dengan prinsipnya  “Setia dengan satu orang”.

          Sudah empat tahun lamanya dia menjalin hubungan, tapi perempuan yang dia impikan mendampingi hidupnya belum menerima pinangannya. Sudah dua kali Ahmed melamar Mika tapi hasilnya tetap sama. Mika hanya diam lalu menyunggingkan sedikit senyum (sedikit senyum belum tentu seorang perempuan menerima)

***


          Sedangkan di belahan negara lain Mika sedang asik dengan para sahabatnya seusai mengurusi sebuah mini cafe yang di kelola “THE GENGSnya”. Perempuan dengan seribu inspirasi hidup, seribu alasan dengan pendiriannya yang teguh. Dia masih tetap seperti Mika yang Ahmed kenal empat tahun yang lalu.  Motivasi hidupnya begitu banyak sampai mengalahakan motivasi cintanya yang masih terasa hampa. 

          Wajahnya yang keibuan membuat para lelaki jatuh cinta kepadanya, meskipun seperti itu hanya Ahmed yang berhak mencintainya. Meskipun begitu besar rasa cinta itu tapi Mika pintar menyembunyikannya. 

          Tawa menggema memenuhi ruangan,”Semakin cintamu terlihat semakin laki-laki itu besar kepala.” Masih seperti Mika yang dulu setelah tersakiti. 

“Kalau Ahmed terus kamu tolak, mending sini aku aja yang nerima.” Greysi angkat bicara lalu tertawa terbahak-bahak. 

Mika melirik Greysi dengan senyum menantangnya,”Jika memang jodoh, nanti dia juga bakal aku yang memiliki.” Skak mat. 

“Bersyukurlah kalian dengan laki-laki yang mempunya hati yang sempurna.” Sekarang Olive angkat bicara menyela Greysi yang akan membela dirinya. 

Naima sekarang ikut dalam pembicaraan setelah sibuk dengan penghitungan laporan keungan caffe hari ini,”Aku bakalan bersyukur jika laki-laki yang aku cintai tidak mempunyai anak.” 

Seketika yang lain tertawa terbahak-bahak setelah mendengar penjelasan Naima. Memang sahabat mereka yang satu ini menyukai duren anak satu dan akan melanjutkan ke jenjang pernikahan.

“Wahhhh.... Warning ni buat tuan Erdo kalau nikah sama kamu! Anaknya bakal kamu cincang. Akan ada mama tiri yang kejam.” Mulut pedas Greysi menyembur. 

“Enggak masalah sih buatku, tapi betapa enaknya. Tahu kan maksutku!” Naima berlalu sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dan menyunggingkan senyum penuh arti.

Olive melempar bantal yang mengenai kepala Naima,”Jijik banget!” 

Semua tertawa lalu saling melempar pandang saat ponsel Mika berbunyi,”Buruan angkat!” Kode para sahabatnya sambil mengibaskan tangan mereka mengusirnya.

“Lagi di mini cafe dengan ibu-ibu rempong.” 

Di tempat yang berbeda Ahmed sedang berbaring di tempat tidurnya,”Akhir bulan ini aku akan pulang, apa kamu tidak merindukanku?”

Mika hanya menyunggingkan senyum kecil melihat luar jendela, “Kepulanganmu yang lebih cepat membuatku lebih baik. Sudah menjadi kebiasaanku melihatmu hanya sekejap.” 

Ahmed berdiri dari ranjangnya melihat salju di jendela kamarnya,” Malam ini di New York sangat dingin, seandainya kamu bisa menemaniku, dimanapun aku berada.” 

 “Satu gelas kopi hangat bisa menghangatkanmu. Aku masih mempunyai tanggung jawab yang belum aku selesaikan. Good night, cepatlah tidur hari esok menunggumu.”  Mika menutup panggilannya lalu kembali bersama para sahabatnya. 

***

Kringgg......Kringggg.... Kringggggg.....

           Alarm jam bekker berbunyi sangat nyaring membuat sang empunya terasa terganggu. Masih saja pemiliknya menutupi telinga dengan bantal lalu kembali memejamkan matanya. Jam terus berjalan, meskipun lambat jalannya tapi bisa membuat orang tergopoh-gopoh jika terlewat satu detik saja. Pagi yang sangat menyegarkan karena rintik hujan kemarin malam. Di rintik hujan itu ada air mata yang tidak bisa terlihat dengan jelas. Rasa cinta yang membohongi hati, menyisakan luka yang sangat perih. 

“Kak Mika bangunnnnn..........!!!!” Suara pintu di gedor dan teriakan yang lantang dari balik pintu itu.

Masih saja sang pemilik kamar memejamkan matanya, tapi tubuhnya mulai bergerak berguling. Tangan lentik itu terulur meraih  jam bekker yang ada di meja sebelah kasurnya. 

Matanya membelalak melihat jarum jam yang sudah berada di angka 08.00 WIB.

“Kenapa enggak bangunkan aku dari tadi!” Dengan tergesa-gesa Mika membukak pintu kamarnya yang memperlihatkan adiknya yang sudah rapi bersiap pergi kuliah. 

Azel berjalan menuju meja makan sambil berceloteh ria,”Untung saja semalam aku tidur sini, coba jika aku tidur di rumah temenku mungkin kakak akan bangun nanti siang.” Menggigit roti yang ada ditangannya. 

“Ini pertemuan penting Azel, harusnya dari tadi kamu gedor pintu kamarku.” Mika keluar dari kamarnya dan menyerobot susu Azel. 

“Ahhhhh... kakak itu kan susuku. Ambil sendiri dong!” 

“Kamu naik gojek aja, salah sendiri enggak membangunkan aku.” Mika mengambil kunci mobilnya. 

Azel berdiri mengambil uang seratur ribu yang diberi Mika,” Kemarin kakak pasti ada masalah, tumben pintu kamar kakak di kunci. Aku terlalu hafal dengan tingkah kakak.” Sela Azel, 

“Jangan lupa kunci pintunya.” Jawab Mika mengalihkan pembicaraan. 

Mereka hanya tinggal berdua di rumah yang Mika bangun dengan kerja kerasnya. Ibu dan Bapak berada di kota lain, Azel terpaksa tinggal dengan Mika karena tahun lalu dia di terima di Universitas di Yogjakarta.

          Yogjakarka  saat ini hampir sama dengan dengan Jakarta dan Surabaya, mancet berada dimana-mana terutama di jam kerja seperti ini. Seharusnya dia sudah sampai di Hotel 30 menit. 

Drttt...Drttt...Drtttt....

“Bu Mika Tuan Drew telah menunggu ibu 30 menit yang lalu.” Di balik panggilan itu suara Julia sekertaris Mika terdengar. 

“Saya berada di trafic light, sampaikan ke Tuan Drew  5 menit lagi saya tiba.” 

Bip!”  

Mika mengakhiri panggilan itu lalu berhasil lolos dari antrian lampu merah, di depan sana sudah terlihat hotel bintang lima yang dia kelola, meskipun bukan kepemilikannya tapi sang pemilik mempercayakan Mika untuk menjadi Manager di hotel itu. Selain itu Mika mulai menanam saham di bisnis perhotelan. Umurnya yang sudah 27 tahun menurutnya masih terlalu muda untuk berada di pelaminan. 

Dengan tergopoh gopoh dan berusaha merapikan baju dan dandanannya dia berusaha setenang mungkin masuk ruang pertemuan. 

“Maafkan saya membuat kalian menunggu.” 

Pintu terbuka bersamaan dengan suara Mika dan tiba-tiba saja keseimbangan tubuh Mika rapuh saat ada seseorang yang menabraknya. Dia terjatuh tapi suara tangisan terdengar nyaring di telinga. Bukan Mika yang menangis saat terjatuh tapi seorang anak kecil yang menabraknya. Dengan cekatan dia meraih tubuh mungil anak itu yang juga ikut jatuh karena menabraknya. 

“Jangan menangis, anak tampan sepertimu akan terlihat jelek jika menangis. Maafkan tante.” Dengan lembut Mika mengusap kepala anak itu, mencoba untuk menenangkannya. 

Semua mata tertuju pada Mika lalu Julia masuk keruang pertemuan.
“Bu Mika rapatnya akan segera di mulai.” Julia mengingatkan  Mika. 

Mika berdiri lalu menggendong anak itu,”Maafkan saya karena insiden ini.” Dia keluar dari ruangan sambil menggendong anak itu. 

“Kamu disini dulu sama kak Julia ya, ini ada lolipop buat kamu. Maafkan tante.”  Mika tersenyum yang di balas anak kecil itu dengan anggukan kepala. 

“Jaga dia, sepertinya dia terpisah dari orang tuanya. Saya yang akan mengurisi rapat ini sendiri lalu baru kita cari orang tua anak ini.” Julia menyerahkan berkas-berkas untuk rapat. 

Semua orang berdiri dari tempat duduk melihat Mika kembali masuk.
“Sekali lagi maafkan saya atas keterlambatan saya dan isiden kecil ini. Kita bisa mulai rapatnya.” 

Rapat berjalan dengan lancar dan  menghasilkan sebuah proyek pembangunan hotel di Bali. Semua bertepuk tangan dengan semua ide-ide yang Mika kemukakan. Tuan Drew pun ikut kagum dengan pemikiran yang Mika miliki. 

“Terimakasih telah bekerjasama dengan kami Tuan Drew.” Ucap Mika seusai rapat selesai, “Sekali lagi maafkan saya yang membuat anda menunggu 30 menit.” Lanjut Mika.

Julia datang dengan panik,”Maafkan saya menyela pembicaraan anda dengan Tuan Drew, Bu Mika. Tadi saat saya ke kamar mandi sebentar anak itu sudah tidak ada di tempat duduknya.” 

“Bisa saya pergi sebentar Tuan Drew,” Drew tersenyum sebagai jawaban “Iya” untuk Mika. 

Julia dan Mika berjalan keruang informasi yang saat ini hanya ada Pak Ilo yang giliran bertugas. Julia benar-benar merasa bersalah dengan tingkah cerobohnya. Tapi Mika tetap tenang dengan segala masalah yang dihadapinya. 

***

          Sesuai mengahadiri acara seminar mahasiswa disalah satu Universitas di New York untuk memberikan sedikit trik-trik dalam merancang sebuah bangunan ia segera mengendari mobilnya ke gallery lukisan sahabat dekatnya.  Sebelum pita yang bertengger di pintu gallery dipotong Ahmed datang tepat waktu untuk menyaksikan Renald memotong pita itu, sebagai tanda gallery lukisannya telah diresmikan. Seperti halnya Renald, Ahmed juga gemar melukis tapi dia lebih senang merancang bangunan-bangunan pencakar langit yang tinggi dan menjulang sangat mewah. Sudah puluhan proyek di berbagai negara yang dia tangani dengan timnya, oleh sebab itu dia sering berpindah-pindah negara. 
          Saat masuk di gallery itu matanya hanya tertuju pada satu lukisan dari berpulu-puluh lukisan yang di pajang Renald di gallery dua lantai yang cukup mewah. Di bawah lukisan itu tertulis “MyBride” yang membuat Ahmed tersenyum kecil mengingat untuk pertama kalinya ia melukis seorang wanita setelah  ibu dan kakak perempuannya. 
“Gue terpaksa memajang lukisan ini, menurut gue lukisan ini sangat cantik. Kapan lu kenalain wanita di lukisa itu kepada gue brow?” Renald datang menepuk pundak Ahmed. 
Ahmed berbalik mengalihkan pandangannya menghadap Renald,”Secepatnya, dia akan aku perkenalkan sebagai pengantiku. Doakan saja, supaya aku berhasil meminangnya.”
Renald tertawa,”Maafkan aku tidak meminta izinmu memajang lukisan ini. Hanya lukisan ini yang bukan karyaku di gallery ini, semata-mata sebagai rasa terimakasihku kepadamu yang telah merancang gallery ini begitu mewah, dengan harga yang sangat murah tentunya.”
Giliran Ahmed yang tetawa,”Gue ikhlas, jangan biarkan orang lain membeli ini. Aku akan persembahkan lukisan ini kepada calon pengantiku. Ajak anak dan istrimu pulang ke Indonesia untuk menyaksikanku kalimat sakral yang akan ucapkan.” 
“Tentunya!” Singkat jawaban Renald karena ada seseorang yang akan menawar lukisan karyanya.

        Sudah cukup lama Ahmed berdiri di depan lukisan karyanya yang satu bulan lalu ia buat dengan membayangkan Mika mengenakan pakaian pengantin Jawa. Tidak terasa sudah empat bulan Ahmed berada di New York dan sekarang dua proyeknya sudah selesai.
          Di sudut tempat gallery ini Reynald banyak menemui para pecinta lukisan-lukisan yang menawarkan harga cukup tinggi untuk lukisan karyanya.  Sekarang datanglah pembeli ke delapan yang menawar lukisan yang tidak bisa ditawar dengan harga berapapun. 
“Saya akan membeli lukisan anda dengan harga yang mahal Tuan Renald.” Tawar laki-laki dengan menggunakan Tuxedo hitam dan sepatu pantofel yang terlihat sangat mahal. 
Evina datang denga putrinya, dan berbisik pada Renald “Berikan saja Ren, kita masih memerlukan banyak uang untuk membangun lagi industri papa yang bangkrut. Kamu bisa menduplikat lukisan itu.” Istri Renald meyakinkannya. 
Renald diam sejenak untuk menimbang-nimbangnya,”Saya tidak bisa menyerahkan lukisan ini kepada anda sekarang Tuan. Mungkin anda bisa mengambil lukisan ini seminggu setelah ini.” Ucap Renald yang membuat Evina senang dengan keputusan suaminya. 
“Baiklah seminggu lagi saya akan mengambil lukisan itu dan memberikan uang tunai kepada anda Tuan Renald.” 
Pembeli itu pergi menuju pintu keluar gallery . Evina memeluk suaminya  dan berkata,”Terimakasih sayang.” 
***

          Mika sedang mengemas barangnya di dalam koper untuk keberangkatan pagi-pagi sekali menuju Bali. Sebenarnya dia tidak ingin pergi lebih cepat dan meninggalkan tanggung jawabnya sebagai manager, tapi ini semua paksaan Naima yang akan melaksanakan pernikahannya di Bali. Selain membantu Naima, Mika juga akan tetap bekerja memastikan tempat pendirian proyek barunya. Sepertinya 2 minggu di Bali akan sangat melelahkan karena dia mempunyai dua pekerjaan sekaligus. 
“Hallo Julia, dua minggu ini cancel semua pertemuan saya. Dan gantikan saya untuk mengurus Hotel. Saya percayakan semuanya kepadamu. Saya harus melihat proyek yang ada di Bali dan membantu mengurus pernikahan sahabat saya.”
“Baik mbak  siap laksanakan! Ucapkan kata selamat menempuh hidup baru kepada mbak Naima mbak.” Di balik panggilan itu Julia tersenyum karena Mika sangat baik kepdanya. Untuk Mika, Julia sudah seperti adiknya sendiri,  dengan 2 tahun terpautnya usia mereka. 
“Saya akan membawakan oleh-oleh untukmu dan bapak ibumu.” 
Julia memindahkan ponselnya di telinga kirinya,”Tidak usah repot-repot mbak, ini sudah tugas saya sebagai sekertaris anda.” 
“Tidak apa-apa Jul, dulu saya juga sudah merasakan sebagai sekertaris sepertimu. Siap-siap aku repotkan.” 
“Saya senang di repotkan mbak Mika. Jangan lupa mbak untuk menjemput Tuan Drew. Sekarang beliau sedang di U.S.A dan akan langsung tiba di Bali. Tuan Drew belum tahu lokasi anda menginap.”
“ Terimakasih  telah mengingatkanku Jul, akan aku catat di agendaku. Selamat malam.”
          Hari ini rumah terasa sepi karena Azel pergi ke Kediri di kampung inggris di Pare. Liburannya selama 3 bulan ia habiskan disana sambil mempelancar bahasa Inggrisnya. Mika harus memasang banyak alrm supaya dia tidak telat bangun, bisa bahaya jika dia telat. Karena jika itu terjadi ketiga sahabatnya akan menceramahinya habis-habisan. 
          Pukul 05.00 WIB, tiga jam bekker dan alrm ponsel Mika berdering bersamaan menimbulkan suara berisik yang tidak karuan di dalam kamarnya. Mika segera bangun terlonjak karena kaget.
“Hastt..... Aku yang pasang alrm aku yang kaget sendiri.” Dia tertawa sambil mengucek matanya yang masih berat. 
           Dengan langkah sempoyong Mika menuju kamar mandi, air pagi ini sangat dingin membuat matanya langsung terbelalak. Mungkin berendam seperempat jam akan membuatnya lebih fress pagi ini setelah semalam lembur dengan berkas-berkas yang ia kerjakan. 
Drttt....Drttt.....       
“Jangan sampai telat.....!!!” Suara nyaring itu memecah gendang telinga Mika. Siapa lagi kalau bukan Naima, calon pengantin baru. 
           Dengan menggeret kopernya keluar rumah Mika menjawab panggilan Naima,”Baik calon pengantin baru, ini mau naik taxi menuju bandara. Jangan aku aja yang kamu teriaki yang lain juga donk! Enggak adil banget!” 
Naima meloudspeaker panggilannya, “Kita sudah berada disini semua Ibu Mika..”
Mika tersenyum simpul,”Hehe... Kurang aku ya ? Maaf kemarin aku lembur nyelesain berkas-berkas.” 
“Cepat kemari atau akan kami cincang!” 

        Panggilan itu terputus, sepuluh menit kemudian taxi sampai di depan Bandara Adisutjipto Yogyakarta.  Dengan terburu-buru Mika menggeret kopernya sambil membenarkan tas tangannya. Semua tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi Mika, tapi sang pemilik muka cemberut melihat sahabatnya mengerjainya.
“Enggak lucu tahu kalian ngerjain aku, ternyata ada yang belum datang selain aku.” 
Greysi menghampiri Mika,”Kita lebih paham kebiasaan sahabat kita yang satu ini. Kalau enggak gini kamu pasti telat, kamu hanya akan tepat waktu untuk bisnis.” 
Mika tersenyum penuh makna kepada para sahabatnya,”Kalian paling Best pokoknya. Selamat Naima, akhirnya kamu nikah dengan duren dan jadi seorang ibu dari anak secantik Indrian.”  Mika memeluk Naima. 
“Terus kapan ceritanya kamu akan menyusul kita?” Olive sekarang menyekak mat Mika. 
Wajah Mika berubah muram, lalu teringat Ahmed yang akan pulang akhir bulan ini, sudah seminggu Ahmed tidak menghubunginya dan Mika juga tidak balik menghubungi Ahmed. 
“Secepatnya, skenario hidupku belum akan sampai saat episode dimana seorang Mika akan menikah dengan pangeran.” Mika tertawa tapi teman-temannya hanya memasang wajah datar. 
“Sudahlah suami Olive sudah datang.” Lanjut Mika melihat Azka suami Olive datang.

Hanya Mika saja yang hadir tanpa pasangan meskipun merasakan sepi tapi Mika sudah biasa mengubah suasana yang tidak nyaman menjadi nyaman. Pernikahan Naima ini adalah liburan panjang untuk para sahabatnya dan keluarga kecil mereka, meskipun sebelumnya Naima harus merengek kepada para suami sahabatnya kecuali Mika. 
***
            Setelah mendapatkan sesuatu yang dia mau sebelum tanggal perjanjian, Tuan Drew lebih cepat berangkat ke Bali dengan anak laki-lakinya. Dia adalah sosok ayah sekaligus sosok mama untuk Clow putra tunggalnya. Clow telah tumbuh menjadi anak yang menggemaskan dan tampan. Mata birunya mewarisi mata indah mamanya, istri Drew yang telah meninggal saat melahirkan Clow. Sekarang umur Clow tiga tahun, dan kematian istri tercintanya sudah tiga tahun lamanya. Selama itu Drew berusaha menjadi dua sosok yang seimbang untuk putra tersayangnya. 
“Dad, aku ingin bertemu dengan tante lolipop.” Suara menggemaskan itu terucap jelas dari mulut Clow. Meskipun usianya 3 tahun tapi Clow sudah bisa mengucapkan kalimat yang jelas. 
Drew menangkup wajah putranya,”Setelah ini kamu akan bertemu tante lolipop. 
Jangan lupa bilang terimakasih karena telah menolong dan memberimu lolipop.”
Clow hanya menganggukan kepalanya lalu ia memejamkan matanya, pesawat akan segera take off. Dia akan memberikan hadiah kepada Mika, bahkan dia tidak menyangka wanita dilukisan itu sangat mirip dengan Mika, oleh sebab itu dia berani membeli lukisan itu dengan harga tinggi. 
          Mika dan para sahabatnya sudah empat hari di Bali. Tiga hari lagi pernikahan Naima akan di adakan di Nusa Dua di Cabang Hotel yang di kelola perusahan Mika bekerja.  Segala pernak-pernik telah dipersiapkan tinggal mendekor tempat berlangsungnya acara.  Gaun pengantin pria dan wanita telah disiapkan bahkan pakaian untuk pendamping pengantin yaitu para sahabatnya juga telah siap. Untuk pihak keluarga semua pakaian serempak. Naima penganut agama Kriten jadi pernikahannya dipimpin oleh Pendeta, mereka adalah empat sahabat yang saling toleran dan melengkapi sejak SMA. 
“Aduhhh....  Aku harus pergi ke bandara karena clientku hadir sebelum waktunya.” Mika panik, sedangkan Naima dan suaminya sedang mencoba baju pengantin. 
“Maafkan aku Nai, seharusnya beliau tiba saat pernikahanmu sudah selesai.” Lanjut Mika dengan rasa tidak enak kepada Naima. 
Naima tersenyum,”Santai aja kalik Mik, itung-itung clienmu bisa untuk teman saat kamu menghadiri acara pernikahanku. Sebenarnya dari kemarin kita kasihan liat kamu sendirian saat kita sedang asik bersama pasangan kita.” Ucap Naima yang di berikan dukungan anggukan kedua sahabatnya.
“Akan aku cincang kalau Ahmed pulang nanti.” Ucap Greysi sambil mengeraskan rahang-rahangnya. 
“Mama mulai lagi deh.” Willy memperingatkan istrinya yang masih terlihat tomboi itu. Greysi meringis memperlihatkan gigi berbehelnya kepada suami tercintanya. 
“Yaudah aku pergi dulu.” Mika pergi meninggalkan mereka. 
           New York masih di tutupi dengan salju tebal selama bulan Desember ini. Di suasana yang dingin Ahmed sesegera mungkin menyelesaikan tugasnya. Karena dia akan mengejutkan Mika dengan kepulangannya memberikan kabar baik kepada Mika. 
“Sepertinya kamu berjuang keras sekali dengan proyek ini.”  Verhan rekan kerjanya menghampiri Ahmed. 
Masih dengan penggaris dan pensil yang dia pegang,”Harus selesai sebelum waktunya, dan aku akan pulang ke Indonesia kemudian menyelesaikan dua proyek disana.”
“Proyek hotel di bali yang ditangani Mika, dan Perusahaan kontruksi yang telah berhasil kamu bangun?” Tebak Verhan. 
Ahmed menghentikan pekerjaannya,” Sepertinya aku sudah capek dengan pekerjaan Free line ini. Aku akan segera meminang Mika, semua yang aku miliki sudah cukup untuk membangun rumah tangga. Sudah 11 tahun aku mengumpulkan semuanya. Jangan sungkan-sungkan jika meminta bantuan kepadaku.” Terang Ahmed dengan wajah yang sumringah membayangkan wajah Mika mejadi pengantinnya.
“Semoga kamu selalu berbahagia dengan Mika brow.” Verhan menepuk pundak Ahmed. 
 
Verhan menghentikan langkahnya,” Jadi Mika belum tahu kalau desain Hotel yang ia tangani, tim kita yang buat?” 
“Yap benar aku akan mengejutkannya, aku akan meminangnya saat kita berada di Bali.” 
            Di depan Bandara Mika sedang menunggu kedatangan Tuan Drew dia melihat sekeliling tapi sama sekali wajah clientnya  itu belum terlihat. 
“Dad, Itu tante lolipop.” Teriakan Clow membuat Mika melihat anak tampan yang telah ia tabrak itu. Clow turun dari gendongan Drew lalu berlari menuju Mika dan memeluk kaki Mika. 
“Aku rindu tante lolipop.” Mika mengabaikan Drew yang berjalan menujunya dan lebih tertarik dengan Clow yang memeluk kakinya. 
Dia mensejajarkan tingginya dengan Clow dan berkata sambil menangkup wajah Clow,”Anak tampan, kemana saja kamu? Tante cemas mencarimu.”
I am fine aunty. Maafkan Clow menabrak tante dan terimakasih telah menolongku dan meberikan aku lolipop.” Clow tersenyum yang membuat pipi gembilnya terangkat, membuat Mika semakin gemas dengan Clow. 
“Namamu Clow? Kamu pintar banget anak tampan.” Mika mencubit pipi Clow lalu mencium kening anak itu. 
“Karena Dady yang mengajariku.” Sontak Mika teringat tentang Drew lalu berdiri di hadapan Drew yang sudah sejak tadi melihat dan mengamati  dialog antara Mika dan Clow putra kesayangannya. 
“Maafkan saya Tuan Drew. Saya terlalu senang dengan anak kecil sampai mengkacangin anda. Eh..... Maksud saya tidak memperhatikan anda.” Mika salah tingkah dengan sikapnya. Selalu seperti ini saat dia terlena dengan hidupnya yang sebenarnya. 
“No problem miss Mika. I am happy  looking you and Clow.” 
Clow menggeret tangan Mika memasuki mobil lalu Drew mengikuti mereka. 
“Sekali lagi maafkan saya karena telah membuat Clow terjatuh dan menangis waktu itu, saya tidak tahu jika Clow adalah anak anda.” Mika merasa tidak nyaman di mobil Drew yang hanya berisikan mereka bertiga karena Drew menyuruh supirnya pergi lebih dulu.
“Dady jangan marahin tante lolipopku!” Sontak Clow memarahi ayahnya. 
Mika menghadap belakang melihat Clow,”Dady tidak memerahi tante Clow.”Terang Mika yang di mengerti Clow. 
“Aku ingin duduk di depan bersama tante.” Rengek Clow segera mungkin Mika menggendong Clow pindah kedepan dan memangkunya. 
Terjadi perbincangan yang membuat tiga orang itu tertawa bersama. Apalagi tingkah lucu Clow yang membuat mika selalu tertawa. Drew yang mengemudi melirik kebahagian anaknya dan senyum manis Mika. Suasana ini yang ia dambakan dengan Clow selama ini. 
***
             Satu hari sudah di lewati Mika dengan Drew, Clow dan para sahabatnya. Melihat kebahagian Mika. Sahabatnya menyarankan supaya Mika memilih Drew yang lebih hangat dan lebih mengerti Mika di bandingkan Ahmed yang jarang menemui mika setelah 2 tahun lalu dia sering di tugaskan keliling dunia. 
“Tidak masalah menikah dengan laki-laki satu anak. Liat aku juga menikahi Erdo yang juga mempunyai satu anak cantik dan menggemaskan.” Naima memngelus kepala Indrian yang sedang bermain dengan Clow. Sedangkan para lelaki sedang membentuk forum memngobrolkan soal bisnis. 
Greysi ikut menambahi bumbu di pembicaraan Naima,”Kurang apa Drew. Dia pegusaha kaya, wajah bule cakep, anak juga cakep, perhatian cukup, bahkan dia nurut sama kamu. Mending lu pikir-pikir lagi deh Mik.”
Olive teringat Ahmed yang berjanji kepadanya akan menjaga Mika dan menjadikan Mika teman hidupnya. Diantara mereka bertiga Olive adalah sahabat Mika yang paling lama. 
Flesbacak*
“Selama dua tahun ini aku akan di tugaskan keliling dunia untuk proyek-proyek besar. Aku titip Mika ya Ol, aku percaya kepadamu karena kamu paling dewasa diantara mereka berdua dan kamu adalah sahabat Mika dari SD. Ini adalah tantangan untukku dan akan menjadi akhir perjalanan kerja Free line ku, aku akan pastikan setelah ini perusahaan kontruksiku sudah berkembang pesat dan harta dan bisnis-bisnisku sudah cukup untuk anak-anakku dan Mika kelak.” 
Olive tersentuh dengan usaha Ahmed membuat Mika bahagia, karena Ahmed tidak mau membuat Mika sengsara seperti masa kecilnya. Mika telah menderita sejak kecil bahkan sejak dia remaja, dia harus banting tulang untuk memembantu kedua orang tuanya.  Sedangkan Ahmed adalah anak dari keluarga berada. 
“Aku percaya kepadamu kalau kamu akan membahagiakan sahabatku itu.”
Back to strory*
            Olive beranjak dari tempatnya duduk mengambil Naila anaknya yang menangis,”Jangan menilai orang jika tidak tahu kebenarannya. Semua harus di pertimbangkan dengan matang. Tidak adil untuk Ahmed jika kamu menjalin hubungan dengan Drew sebelum kamu menjelaskan kepadanya. Jika itu terjadi kamu yang salah Mik, itu namanya kamu selingkuh. Setiap hubungan yang bermasalah harus di bicarakan bersama langsung, tidak hanya saling diam. Kalau kamu enggak keluarin unek-unekmu mana tahu dia tentang perasaanmu. Dia yang kamu cinta orang biasa, bukan peramal yang tahu segalanya tentang isi hatimu dan bukan pengamat tingkah laku orang.” 
“Benar juga sih Mik kata Olive, memang Olive paling dewasa dari kita. Tersanjung aku mendengar penjelasanmu Ol.” Naima memasang pulp eyes.
“Aku juga setuju dengan Olive.” Giliran Greysi memberi suara. 
         Setelah perbincangan mereka selesai Drew dan laki-laki lainnya beranjak menuju gerombolan wanita-wanita itu. Semua terlihat seperti keluarga yang sangat rukun, damai, dan bahagia. Sungguh keluarga dan persahabatan yang sangat diidam-idamkan setiap orang. 
Mika minta Izin meninggalkan mereka, termasuk Drew dan Clow. Tiba-tiba saja Clow berdiri mengahmpiri Mika yang akan pergi.
“Mom, jangan pergi temani aku bermain dengan Naila, Indrian, dan Samuel.” 
Semua pandangan beralih memandang perempuan dan seorang anak yang sedang berinteraksi itu. Mendengar Clow memanggilnya ibu membuat darah Mika memanas dan hatinya berdegub. Secara bersamaan Drew mulai mencintai Mika, dia adalah sosok ibu dan sosok istri yang ia cari selama ini. 
“Clow sayang. Kamu dengan dady dulu ya, tante ada keperluan. Clow anak yang baik kan, tante hanya sebentar. Tante janji akan mengajak Clow jalan-jalan kepantai melihat sunrise.” Mika mengelus kepala Clow lalu mencium pipi gembilnya. 
Para sahabatnya tidak menghentikan langkah Mika, karena mereka tahu apa yang akan mereka lakukan. Dia akan menghubungi Ahmed, memberikan kabar untuknya bahwa dia sangat merindukan kekasihnya itu. 
          Di New York pukul 08.00 pagi, semalam Ahmed lembur mengerjakan semua tugas-tugasnya. Ponselnya terus berdering tapi dia masih memejamkan mata, jam 04.00 tadi dia baru selesai mengerjakan semuanya. Tapi Ahmed bukan Mika yang susah bangun jika lembur dengan pekerjaan. Dia mengulurkan tangannya meraih ponselnya yang tidak berhenti berdering. 
“Morning sayang!” Ucap Mika dari balik panggilan itu. 
“Morning to sayang.  Aku merindukanmu mengucapkan itu setelah 2 tahun terakhir ini.” Jawab Ahmed masih dengan posisi tidurnya yang tengkurap menahan rasa kantuk.
“Kamu belum bangun  ya? Disana pasti sudah pukul 08.00 pagi.” 
Ahmed tersenyum melihat Mika memarahinya karena dia telat bangun, “Semalam aku lembur menyelesaikan semua tugasku. Aku ingin segera kembali dan menemuimu.” 
Mika tersenyum bahagia mendengar penjelasan Ahmed,”Cepatlah pulang, aku ingin ceritakan banyak hal dan aku akan mengeluh banyak padamu.” Terang Mika yang membuat hati Ahmed berdesir.
“Tunggu aku, aku mencintaimu Nyonya Ahmed Faudra. Bolehkah aku melanjutkan tidurku? Aku harus menjaga ketampananku untuk bertemu denganmu.” Ucap Ahmed yang membuat Mika tergelitik geli mendengarnya.
“Tidurlah, aku akan bertemu anak-anak temanku menceritakan seorang pangeran tidur bukan putri tidur. Dua hari lagi pernikahan Naima akan dilaksanakan.” Mika berhenti bicara sejenak, “Akan sangat bahagia jika aku hadir denganmu.” 
Ahmed hanya tersenyum mendengar keinginan Mika karena dia akan mewujudkannya dan memberikan surprise untuknya. “Pergilah, jangan membuat anak-anak selucu mereka menunggu pendongengnya.”  Ahmed  memang sengaja tidak menjawab keinginan Mika. 
“Baiklah pangeran tidur, tidurlah dan jaga kesehatanmu untukku dan untukmu. Aku mencintaimu.”  Mika mengakhiri obrolan mereka.
***
          Pagi-pagi sekali Mika bangun untuk menepati janjinya kepada Clow melihat sunrise. Mika menekan tombol dictaphone, di layar berukaran 2 inc terlihat wajah Mika.
“Selamat pagi Tuan Drew, apakah Clow masih tidur? Aku mempunyai janji mengajaknya melihat sunrise pagi ini.”

Sekali lagi Mika membunyikan bel itu tapi masih belum ada jawaban. Mika mencoba menunggunya di luar. Di kasur king size, dua laki-laki tampan sedang menggeliat merasakan suara yang mengganggu tidur nyenyak mereka. Setelah telinga laki-laki kecil itu mengenali suara itu, dia langsung bangun tidak mempedulikan ayahnya yang masih memejamkan mata. 
“Tante lolipop!” Serunya pelan. 
Clow mendorong kursi kecil lalu menaikinya untuk meraih tombol, supaya pintu terbuka. Dengan wajah bantal Clow mengucek matanya membuat Mika mensejajari tingginya. 
“Aduh ternyata anak tampan ini masih tidur. Maafkan aku telah mengganggu tidurmu Clow. Tante hanya menepati janji tante. Ya sudah Clow lanjutkan tidur dan tante akan pergi.”
Saat Mika beranjak berdiri Clow meraih tangannya menggeret Mika masuk kedalam,”Dady juga masih tidur. Tante bangunkan Dady, aku akan mandi.” 
“Aduhhhh..... Mana bisa aku membangunkan Tuan Drew! Dan enggak mungkin aku menolak permintaan Clow. Hati anak kecil sangat sensitive.” Batin Mika, yang saat itu berada di depang kasur king size itu. 
“Tante mandiini Clow di kamar tante aja ya? Di sana tante punya lilin aroma apel yang baunya sangat enak. Gimana?” 
Clow menggelengkan kepalanya,”Bangunkan Dedy tante.” Clow memanyunkan bibir mungilnya. 
Selangkah demi selangkah Mika menuju dekat sekali dengan tempat tidur Drew. Dan sekarang dia tepat di samping tempat tidur Drew dengan Clow yang berada di sampingnya. Clow naik di tempat tidur itu, membuat goyangan yang juga membuat tubuh Drew bergoyang. 
Masih dengan mata terpejang,”Dady masih mengantuk Clow. Lanjutkan tidurmu Dady akan menepuk-nepuk pantatmu.” Drew meraih tubuh mungil Clow dalam pelukannya. 
“Tante lolipop disini Dady.” Seketika tubuh Drew tergonceng mendengar penjelasan Clow. 
“Bohong ya anak pintar Dady.”
Mika mencoba membuka mulutnya, “Maafkan aku tuan Drew, aku hanya ingin menepati janjiku kepada Clow.” Dengan sedikit tubuh yang bergetar Mika membalik badannya membelakangi Drew.
Drew membuka matanya lebar-lebar setelah mendengar suara Mika barusa. Dia langsung bangun, kali ini dia sangat merasa malu. Apalagi dia hanya menggunakan celana kolor dan toples
Saat Drew bergerak turun dari ranjang Mika membalikkan badannya untuk mohon izin,”Saya akan keluar Tuan Dr........” 
“Maafkan saya miss Mika, saya tidak tahu anda berada disini.” 
Drew menggendong Clow menuju kamar mandi sedangkan Mika cepat-cepat keluar. Jantungnya berdegup getar, wajahnya memunculkan semburat merah. Dia sangat amat malu kali ini. 
Di dalam kamar mandi Clow cekikikan sambil memainkan mainan bebeknya. Drew melihat bercermin dan menggosok giginya, dia merasa malu dengan Mika. Seharunya dia tadi bangun, bukan Clow yang bangun lebih dulu. Ini gara-gara begadang dengan suami-suamu sahabat Mika. 
“Miss Mika, apakah kita masih bisa berjalan-jalan ke pantai meskipun sunrise sudah terlewat?” Suara bariton itu terdengar di dalam ruangan yang di tempati Mika.

Segera Mika hengkang dari sofa membukakan pintu kamarnya, lalu Clow menabraknya seperti biasa anak kecil itu hanya bisa memeluk kaki Mika,”Clow ingin jalan-jalan ke pantai tante.” 
Mika menutup pintu kamarnya lalu menggandeng Clow, sedangkan Drew berada di belakang mereka. Suasana sangat canggung setelah kejadian itu. Tawa tiga orang itu lepas saat bermain air dan pasir pantai. Semua kecanggungan terpecah menjadi kebahagiaan. 
“Mom istana pasirnya runtuh terkena air pantai.” Clow cemberut melihat bangunannya runtuh. Mika masih belum tuli untuk mendengar Clow memanggiknya “Mama” untuk kedua kalinya. Tapi dia tidak mau melarang Clow karena itu akan menyakiti hati anak itu. 
“Maafkan saya miss Mika, Clow tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari sosok ibu yang sebenarnya mulai dia lahir. Aku lah yang menjadi sosok mama dan ayah untuknya.” Terang Drew merasa tidak enak dengan Clow yang selalu memanggil Mika dengan sebutan  “Mama”.
Mika duduk diatas pasir putih sambil melihat Clow yang memperbaiki istananya,”Tidak masalah untukku Tuan Drew, terkadang anak Greysi dan Olive juga memanggilku mama. Mungkin karena aku terlalu suka dengan anak-anak, maka dari itu saat dekat dengan mereka jiwa ke ibuanku keluar. Membuat mereka merasakan sosok seorang ibu.” Mika tertawa yang membuat Drew merasakan rasa yang berbeda di dalam hatinya.
“Tadi hanya bercanda tuan, aku masih belum jadi ibu. Kalau anak-anak memanggilku mama, itu memang kenyataanya.” Terang Mika melihat mata coklat Drew. 
Sesaat tatapan itu itu mengisyaratkan kepada Mika tentang perasaan Drew. Mika langsung mengalihkan perhatiannya,”Sepertinya Clow sangat bahagia. Jika kelak aku punya anak, aku ingin anakku seperti Clow.” Terang Mika sambil terkikik memecah kecanggungan dianatara mereka.
“Bahkan kau akan mendapatkan keduanya miss Mika.” 
Mika tertawa kecil,”Jangan ngelantur tuan Drew, suasana ini sepertinya membuatmu merasakan kantuk lagi.” Mika berdiri menghampiri Clow lalu ikut membangun istana megah itu. 
          Ahmed telah membooking Hotel dan siap untuk berangkat menuju Bali. Kamar hotelnya berada tepat di sebelah kamar Mika, dia akan melamar Mika saat sampai disana. Lukisan pengantin itu akan ia persembahkan sebagai hadiah untuk Mika. Dia mengemas barang-barangnya, dan tidak lupa menyuruh Renald membungkus lukisan karyanya. 
Penerbangannya masih lima jam lagi, tapi dia sudah mempersiapkan semuanya. Jangan sampai ada yang tertinggal termasuk kotak kecil berisi cincin dengan batu berwarna putih, sangat cantik. 
Massage 
My Bride : Jangan kemana-mana saat jam menunjukan pukul6 malam!
 
Ahmed menghapus pesan itu, jika ia mengirimnya Mika pasti akan curiga jika ia akan hadir di pernikahan Naima. 
Sesaat dia meletakkan ponselnya, kemudian benda kotak itu berbunyi.
“Tuan Alisky memintamu mengubah rancangan untuk tamannya.” Suara Verhan terdengar jelas di telinga Ahmed, jam penerbangannya lima jam lagi dan dia harus cepat menyelesaikan semuanya. 
Dengan cepat Ahmed membawa barang-barangnya,” Tunggu aku disana.”
Setibanya di perusahan Alisky Group, Ahmed menaiki lift menuju lantai lima. Ponselnya lupa ia tinggalkan di dasboard mobil. Di tempat lain Renald mencoba menghubungi Ahmed menanyakan jam penerbangannya, dia akan mengantarkan lukisan itu dibandara karena mertuanya sedang sekarat di rumah sakit. 
Flesback*
             Setelah collega kaya itu menawar lukisan pengantin Ahmed, Renald berfikir sangat keras. Akhirnya dia menemukan solusi saar istrinya mengatakan kata “Duplikat”. Tiga hari dua malam ia habiskan untuk menyempurnakan duplikat lukisan Ahmed. Sudah lima kali dia mencoba menggambar wajah tenang dan selembut itu, tapi Renald tidak bisa. Ahmed telah menggunakan perasaannya menggambar wajah itu, bahkan seseorang pun susah menduplikat karyanya. 
            Jika ia menjual lukisan itu, Renald akan merasa sangat bersalah kepada Ahmed yang telah membantunya sampai dia bisa menikahi istrinya dan mendapatkan warga kenegaraan Amerika, hidup dengan keluarga kecilnya. Renald adalah anak yatim piatu yang telah di tinggalkan kedua orang tuanya karena sebuah kecelakaan saat dia masih menjadi mahasiswa dengan Ahmed. 
          Meskipun lukisan keenamnya telah jadi, tapi tidak sesempurna yang Ahmed buat. Hanya  Ahmed yang bisa menggambarkan wajah itu seperti aslinya, meskipun begitu saat  Drew mengambil lukisan itu dia sama sekali tidak menyadari bahwa lukisan yang dia beli adalah duplikasi. 
Back To Story*
           Tuan Alisky datang ketempat kerja Ahmed melihat rancangan yang telah Ahmed selesaikan selama 4 jam itu,”Saya selalu puas dengan rancangan anda Tuan Ahmed.”
 
“Terimakasi telah mempercayai saya mendesain proyek pembangunan perusaan anda Tuan Alisky.” Ahmed menjabat tangan Alisky.
“Bolehkan saya pergi, karena penerbangan saya satu jam lagi.”
“Tentu tuan Ahmed. “
            Renald telah menunggu Ahmed di bandara selama 3 jam , karena tidak melihat wajah Ahmed akhirnya diapun berfikir mendatangi apartemen Ahmed untuk menyerahkan lukisan yang telah ia bawa. Ahmed mengendarai mobilnya menuju bandara, kedua mobil itu berpapasan di jalan, antara masuk bandara dan keluar bandara. Tapi dua laki-laki itu tidak menyadarinya.
***

          Pernikahan Naima akan diadakan di sore hari dengan pemandangan pantai yang sangat indah, semua hadirin akan menggunakan baju berwarna cream sedangkan sang pengantin akan mengenakan baju pengantin berwarna putih. Mika telah merias dirinya sejak 3 jam lalu, begitupun dengan kedua temannya. Mereka harus tampil cantik di pernikahan sahabatnya. Di ruangan lain Greysi sedang memebetulkan dasi pita yang di pakai suaminya dan dasi pita yang di pakai anaknya. Di kamar sebelahnya Olive sedang menata Hijabnya dan menata Hijab anaknya Naima, sedangkan sang suami sudah bersiap menunggu dua bidadari cantiknya. 
           Drew masih menata rambut Clow yang hitam lebat, lalu membetulkan dasi yang asal-asalan Clow kenakan sendiri. Lalu dia baru menggunakan pakaiannya, seharusnya pakaian yang Drew pakai adalah pakaian yang di kenakan Ahmed tapi gara-gara kekasih Mika itu tidak hadir, Naima menyerahkannya kepada Drew beserta pakaian kecil Clow yang di buat otodidak.
 
          Dengan serempak mereka membuka pintu kamar yang menampilkan wajah-wajah bahagia termasuk wajah sang pengantin Naima dan Indrian calon anaknya.
Mata Drew menatap lekat-lekat Mika yang sangat cantik mengenakan kebaya yang pas di tubuhnya,”Kamu sangat cantik Miss Mika.” Ucap Drew tanpa ia sadari didengan semua orang yang ada di disini. 
“Karena dia sahabat kita tuan Drew.” Jawab Olive memecah kecanggungan. 
“Maafkan saya bukan maksud saya....”
“Tidak apa apa tuan Drew.” Mika tersenyum simpul. 
Clow menggandeng tangan Mika dan Drew, mereka sangat terlihat seperti keluarga kecil yang bahagia. Tempat pelaminan telah di dekor seindah mungkin, sedangkan Naima masih dalam tempat persembunyiannya. 
          Ahmed telah memasuki taxi untuk menuju tempat acara resepsi pernikahan Naima dan Erdo. Tapi dia merasa ada sesuatu yang mengganjal saat tiba di Indonesia. 
“Lukisanku!” serunya dalam hati.
“Kenapa bisa lupa seperti ini!” Gumamnya kecil, cepat-cepat dia merogoh sakunya mengambil ponselnya. Tujuh panggilan atas nama Renald, bodohnya Ahmed sampai lupa dengan lukisan itu. 
“Maafkan aku telah melupakan lukisan itu Ren, bisakah kamu mengantarnya kemari aku akan menukar ongkos pesawatmu dan kelaurgamu.” Ucap Ahmed.
“Tidak usah, aku dan keluargaku akan kesana. Aku juga ingin menghadiri pernikahan Naima mantan pacarku itu.” Renald mengalihkan pembahasan soal ongkos pesawat, ini adalah saat yang tepat membalas kebaikan Ahmed kepadanya selama ini. 
          Renald mencoba menerangkan semuanya kepada istrinya, akhirnya mereka bersiap terbang ke Indonesia saat itu juga. Ahmed merasa lega karena Renald mau berbaik hati mengantarkan hadiah pernikahannya dengan Mika.
          Tiga puluh menit lagi pernikahan Naima akan dimulai, anak-anak bermain dengan bahagia. Celotehan-celotehan itu membuat para orang dewasa tertawa, apalagi Clow yang senang menggoda Naila anak Olive yang sepantaran dengannya, sedangkan Samuel merasa cemburu dengan Clow karena Naila lebih senang dengan Clow daripada dia. Indrian yang lebih tua dari mereka bertiga hanya merangkai bunga-bunga kecil yang ada di depannya. 
           Clow menangis saat Samuel mendorongnya lalu dengan refleks  Mika dan Drew bersamaan menghampiri Clow. Mereka mencoba menenangkan Clow yang meangis layaknya seorang ayah dan ibu yang menenangkan anaknya. 
Dari kejauhan dua buat mata menyaksikan kebahagian keluarga kecil itu, Ahmed hanya bisa tersenyum getir melihat itu. Olive yang tahu keberadaan Ahmed mecoba memanggilnya dengan lantang, “Ahmed!” Teriaknya yang membuat Mika mengalihkan perhatiannya. 
“Ahmed?” Ulang Mika masih dengan posisinya menggendong Clow.
Drew melihat laki-laki yang berdiri di pintu masuk kamar Naima, sedangkan Clow mulai diam. Mika membawa Clow menuju Ahmed yang masih berdiri sambil tersenyum kecil menyambut kehadiran Mika dengan anak kecil yang ada di gendongannya, “Selamat Mik.” Ucap Ahmed dengan suara lirih yang masih bisa didengan Mika. 
“Oooo selamat untuk pernikahan ini? Seharusnya kamu mengucapkannya kepada Naima.” Jawab Mika.
“Selamat atas keluarga kecilmu yang bahagia.” Jelas Ahmed membuat Mika tersentak. 
Mikia meninggalkan Ahmed yang masih mematung di depan pintu, mereka yang ada di dalam hanya melihat kedua pasangan yang telah lama di pertemukan kembali itu. Clow turun dari gendongannya lalu Mika mengajak Ahmed keluar, dia tidak mau menghancurkan acara bahagia sahabatnya. Drew masih tetap di tempatnya, sambil menjelaskan kepada Clow kenapa Mika meninggalkannya. 
Mika menarik tangan kanan Ahmed, sedangkan tangan kirinya masih membawa koper. Dia menekan kode kamarnya lalu masuk sambil tertawa melihat Ahmed cemburu melihatnya dengan Drew. 
“Terimakasih telah memberikanku ucapan selamat.” Mika berdiri tepat di depan Ahmed. 
Laki-laki yang lebih tinggi dari Mika itu, laki-laki yang sangat ia rindukan, hanya terdiam tanpa menjawab ucapan Mika. Dengan cepat Mika memeluk Ahmed dan berbisik,”Dia adalah rekan bisniku, itu anaknya Clow.  Anak tampan itu telah ditinggalkan ibunya, maka dari itu dia sangat terlihat dekat denganku.” 
“Maafkan aku Mik. Tidak seharusnya aku cemburu seperti itu kepadamu.” 
Mika melepas pelukannya lalu,”Cepat mandi dan ganti bajumu. Pernikahan Naima akan dilaksanakan 10 menit lagi.” 
Mika keluar masuk kamar Naima, masih dengan orang-orang yang tadi ia tinggalkan tapi tidak dengan Drew, dia keluar membawa Clow yang dari tadi mencari Mika. 
“Kemana Clow dan tuan Drew?” Tanya Mika pada semuanya.
“Mereka keluar, Clow dari tadi mencarimu. “ Sahut Niama. 
“Sepertinya di kamar Tuan Drew.” Sahut Greysi.
Mika keluar mencari Drew di tempat resepsi tapi dia hanya menemukan Clow dengan sekertaris Drew. 
 
Ahmed datang untuk menemui Naima mengucapkan selamat atas pernikahannya. Tapi di dalam kamar itu dia tidak menemukan Mika yang tadi katanya akan  kembali menemui para sahabatnya. 
“Kalau nyariin Mika dia sedang di kamar Tuan Drew karena Clow anaknya terus saja mencarinya.” Jelas suami Greysi.
Dengan langkah cepat Ahmed menju kamar Drew, lalu menekan tombol pintu. Seseorang keluar dari pintu itu, seorang cleaning servis yang di suruh Drew membersihkan kamarnya karena kekacauan yang dibuat Clow.  Ahmed masuk dan melihat sebuat lukisan yang tidak asing untuknya, seketika dia terkejut dan menghubungi Renald. Lukisan yang dia lihat adalah lukisan Mika dengan baju pengantin, itu karyanya tapi kenapa Renald berani menjual lukisan itu. Nada sambung itu terus saja terputus karena Renald mematikan ponselnya saat penerbangan. 
“Sial!” Umpat Ahmed lalu berlari mencari Mika. 
Di hamparan pasir pantai dan guyuran ombak pantai yang terdengar, Drew mengeluarkan kotak hitam dengan pita perak diatasnya. Dia memegang tangan Mika lalu membuka kotak itu, “Will you merry me Mika.”
Ahmed yang menyaksikan itu segera pergi dengan hatinya yang sangat terasa sakit.

***

(TOBE CONTINUED )



PESAN PENULIS :

"Maaf mengecewakan kalian para pembaca karena cerita ini belum selesai. Aku akan menyelsaikannya kalau banyak yang meninggalkan komentar. Aku akan lebih senang jika sebuah karya di hargai. Ambil makna yang mungkin menjadikan diri anda menjadi sosok yang lebih baik. Untuk memebuat kalian betah di blog ini aku akan tambahkan Vlog, puisi dan karya sastra lainnya. Aku sangat mengahargai para pembaca karyaku."


Semua karya di lindungi hak cipta©

0 komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog