BRIDE PAINTING
Harapannya masih tetap seperti hari-hari biasanya, bahkan setiap hari terus mengembang. Musim panas telah berganti musim dingin yang membuat darah membeku. Jalanan kota New York di penuhi salju yang cukup tebal, membuat para pekerja yang pulang di malam hari ini sangat terganggu. Laki-laki tampan dengan stelan jasnya sedang berjalan membelah jalanan. Jas yang tidak begitu tebal itu membalut tubuhnya yang mengigil mengingat malam ini sangat dingin. Dia merutuki dirinya sendiri karena tidak membawa mantel hangatnya. Mobilnya terpaksa ia tinggalkan karena tidak memungkinkan membawa mobil di jalanan yang penuh dengan tumpukan salju. Petugas pembersih salju pun juga belum turun tangan, semua pengguna jalan terpaksa harus berjalan kaki atau menggunakan kendaraan umum.
“Assalammualaikum, iya ma mungkin akhir
bulan ini tugasku sudah selesai. Harusnya mama bersyukur mempunyai anak yang
bekerja free line sepertiku. Mama
bisa mengunjungi negara yang berbeda setiap tahunnya.”
Suara di seberang telphone itu terus saja mengomel tidak ada hentinya, sedangkan
sang anak hanya tersenyum sambil melanjutkan langkah kakinya memasuki
supermarket yang menjual sebuah kopi hangat.
“One americano coffe sweet.” Ucapnya
sedikit berbisik
Fokus pada panggilannya lagi,”Iya ma
aku janji akhir bulan bakalan pulang. Biarkan anakmu menyelesaikan tugasnya
dengan cepat.” Panggilan itu terputus seketika.
Perempuan bule yang sangat menyilaukan
mata para lelaki itu memngahampiri Ahmed
dengan gaya lelakinya yang metro
sexual. Sedangkan dia masih sibuk dengan coffe di tangannya dan tablet
yang berisi jadwal kegiatannya. Hidup di negara orang tidak semudah hidup
di negara sendiri. Apalagi dia hidup di kota nomor satu yang ada di neraga
U.S.A, membuatnya harus siap dengan segala hal yang dia hadapi setiap harinya.
“Hi, may i borrow your pen indonesia
people?” Sontak Ahmed mendongakkan wajahnya
yang langsung menatap mata biru laut di hadapannya.
Dia meletakkan tabletnya dan merogoh
sakunya,”Ok, this.”
Perempuan itu menggapai tangan Ahmed dan
sedikit memberikan tekanan lalu menuliskan nomor handphonenya di telapak tangan Ahmed. “Call me, i’ll answer your
calling. See you.”
Tidak pertama kalinya dia mendapatkan
godaan seperti ini. Di setiap negara yang dia kunjungi dia selalu di hadapkan
dengan makhluk hawa yang sangat cantik dan menyilaukan mata. Tapi karena
bentengnya terlalu kokoh dia tetap dengan prinsipnya “Setia dengan satu orang”.
Sudah empat tahun lamanya dia menjalin
hubungan, tapi perempuan yang dia impikan mendampingi hidupnya belum menerima
pinangannya. Sudah dua kali Ahmed melamar Mika tapi hasilnya tetap sama. Mika
hanya diam lalu menyunggingkan sedikit senyum (sedikit senyum belum tentu
seorang perempuan menerima)
***
Sedangkan di belahan negara lain Mika
sedang asik dengan para sahabatnya seusai mengurusi sebuah mini cafe yang di kelola
“THE GENGSnya”. Perempuan dengan seribu inspirasi hidup, seribu alasan dengan
pendiriannya yang teguh. Dia masih tetap seperti Mika yang Ahmed kenal empat
tahun yang lalu. Motivasi hidupnya
begitu banyak sampai mengalahakan motivasi cintanya yang masih terasa hampa.
Wajahnya yang keibuan membuat para
lelaki jatuh cinta kepadanya, meskipun seperti itu hanya Ahmed yang berhak
mencintainya. Meskipun begitu besar rasa cinta itu tapi Mika pintar
menyembunyikannya.
Tawa menggema memenuhi ruangan,”Semakin
cintamu terlihat semakin laki-laki itu besar kepala.” Masih seperti Mika yang
dulu setelah tersakiti.
“Kalau Ahmed terus kamu tolak, mending
sini aku aja yang nerima.” Greysi angkat bicara lalu tertawa terbahak-bahak.
Mika melirik Greysi dengan senyum
menantangnya,”Jika memang jodoh, nanti dia juga bakal aku yang memiliki.” Skak
mat.
“Bersyukurlah kalian dengan laki-laki
yang mempunya hati yang sempurna.” Sekarang Olive angkat bicara menyela Greysi
yang akan membela dirinya.
Naima sekarang ikut dalam pembicaraan
setelah sibuk dengan penghitungan laporan keungan caffe hari ini,”Aku bakalan
bersyukur jika laki-laki yang aku cintai tidak mempunyai anak.”
Seketika yang lain tertawa
terbahak-bahak setelah mendengar penjelasan Naima. Memang sahabat mereka yang
satu ini menyukai duren anak satu dan akan melanjutkan ke jenjang pernikahan.
“Wahhhh.... Warning ni buat tuan Erdo
kalau nikah sama kamu! Anaknya bakal kamu cincang. Akan ada mama tiri yang
kejam.” Mulut pedas Greysi menyembur.
“Enggak masalah sih buatku, tapi betapa
enaknya. Tahu kan maksutku!” Naima berlalu sambil menggaruk tengkuknya yang
tidak gatal dan menyunggingkan senyum penuh arti.
Olive melempar bantal yang mengenai
kepala Naima,”Jijik banget!”
Semua tertawa lalu saling melempar
pandang saat ponsel Mika berbunyi,”Buruan angkat!” Kode para sahabatnya sambil
mengibaskan tangan mereka mengusirnya.
“Lagi di mini cafe dengan ibu-ibu
rempong.”
Di tempat yang berbeda Ahmed sedang
berbaring di tempat tidurnya,”Akhir bulan
ini aku akan pulang, apa kamu tidak merindukanku?”
Mika hanya menyunggingkan senyum kecil
melihat luar jendela, “Kepulanganmu yang lebih cepat membuatku lebih baik.
Sudah menjadi kebiasaanku melihatmu hanya sekejap.”
Ahmed berdiri dari ranjangnya melihat
salju di jendela kamarnya,” Malam ini di
New York sangat dingin, seandainya kamu bisa menemaniku, dimanapun aku
berada.”
“Satu gelas kopi hangat bisa menghangatkanmu.
Aku masih mempunyai tanggung jawab yang belum aku selesaikan. Good night,
cepatlah tidur hari esok menunggumu.”
Mika menutup panggilannya lalu kembali bersama para sahabatnya.
***
Kringgg......Kringggg....
Kringggggg.....
Alarm jam bekker berbunyi sangat nyaring
membuat sang empunya terasa terganggu. Masih saja pemiliknya menutupi telinga
dengan bantal lalu kembali memejamkan matanya. Jam terus berjalan, meskipun
lambat jalannya tapi bisa membuat orang tergopoh-gopoh jika terlewat satu detik
saja. Pagi yang sangat menyegarkan karena rintik hujan kemarin malam. Di rintik
hujan itu ada air mata yang tidak bisa terlihat dengan jelas. Rasa cinta yang
membohongi hati, menyisakan luka yang sangat perih.
“Kak Mika bangunnnnn..........!!!!”
Suara pintu di gedor dan teriakan yang lantang dari balik pintu itu.
Masih saja sang pemilik kamar memejamkan
matanya, tapi tubuhnya mulai bergerak berguling. Tangan lentik itu terulur
meraih jam bekker yang ada di meja sebelah kasurnya.
Matanya membelalak melihat jarum jam
yang sudah berada di angka 08.00 WIB.
“Kenapa enggak bangunkan aku dari tadi!”
Dengan tergesa-gesa Mika membukak pintu kamarnya yang memperlihatkan adiknya
yang sudah rapi bersiap pergi kuliah.
Azel berjalan menuju meja makan sambil
berceloteh ria,”Untung saja semalam aku tidur sini, coba jika aku tidur di
rumah temenku mungkin kakak akan bangun nanti siang.” Menggigit roti yang ada
ditangannya.
“Ini pertemuan penting Azel, harusnya
dari tadi kamu gedor pintu kamarku.” Mika keluar dari kamarnya dan menyerobot
susu Azel.
“Ahhhhh... kakak itu kan susuku. Ambil
sendiri dong!”
“Kamu naik gojek aja, salah sendiri
enggak membangunkan aku.” Mika mengambil kunci mobilnya.
Azel berdiri mengambil uang seratur ribu
yang diberi Mika,” Kemarin kakak pasti ada masalah, tumben pintu kamar kakak di
kunci. Aku terlalu hafal dengan tingkah kakak.” Sela Azel,
“Jangan lupa kunci pintunya.” Jawab Mika
mengalihkan pembicaraan.
Mereka hanya tinggal berdua di rumah
yang Mika bangun dengan kerja kerasnya. Ibu dan Bapak berada di kota lain, Azel
terpaksa tinggal dengan Mika karena tahun lalu dia di terima di Universitas di
Yogjakarta.
Yogjakarka saat ini hampir sama dengan dengan Jakarta
dan Surabaya, mancet berada dimana-mana terutama di jam kerja seperti ini. Seharusnya dia
sudah sampai di Hotel 30 menit.
Drttt...Drttt...Drtttt....
“Bu
Mika Tuan Drew telah menunggu ibu 30 menit yang lalu.”
Di balik panggilan itu suara Julia sekertaris Mika terdengar.
“Saya berada di trafic light, sampaikan ke Tuan Drew 5 menit lagi saya tiba.”
Bip!”
Mika mengakhiri panggilan itu lalu berhasil lolos
dari antrian lampu merah, di depan sana sudah terlihat hotel bintang lima yang
dia kelola, meskipun bukan kepemilikannya tapi sang pemilik mempercayakan Mika
untuk menjadi Manager di hotel itu. Selain itu Mika mulai menanam saham di
bisnis perhotelan. Umurnya yang sudah 27 tahun menurutnya masih terlalu muda
untuk berada di pelaminan.
Dengan tergopoh gopoh dan berusaha
merapikan baju dan dandanannya dia berusaha setenang mungkin masuk ruang
pertemuan.
“Maafkan saya membuat kalian menunggu.”
Pintu terbuka bersamaan dengan suara
Mika dan tiba-tiba saja keseimbangan tubuh Mika rapuh saat ada seseorang yang
menabraknya. Dia terjatuh tapi suara tangisan terdengar nyaring di telinga.
Bukan Mika yang menangis saat terjatuh tapi seorang anak kecil yang
menabraknya. Dengan cekatan dia meraih tubuh mungil anak itu yang juga ikut
jatuh karena menabraknya.
“Jangan menangis, anak tampan sepertimu
akan terlihat jelek jika menangis. Maafkan tante.” Dengan lembut Mika mengusap
kepala anak itu, mencoba untuk menenangkannya.
Semua mata tertuju pada Mika
lalu Julia masuk keruang pertemuan.
“Bu Mika rapatnya akan segera di mulai.”
Julia mengingatkan Mika.
Mika berdiri lalu menggendong anak
itu,”Maafkan saya karena insiden ini.” Dia keluar dari ruangan sambil menggendong
anak itu.
“Kamu disini dulu sama kak Julia ya, ini
ada lolipop buat kamu. Maafkan tante.”
Mika tersenyum yang di balas anak kecil itu dengan anggukan kepala.
“Jaga dia, sepertinya dia terpisah dari
orang tuanya. Saya yang akan mengurisi rapat ini sendiri lalu baru kita cari
orang tua anak ini.” Julia menyerahkan berkas-berkas untuk rapat.
Semua orang berdiri dari tempat duduk
melihat Mika kembali masuk.
“Sekali lagi maafkan saya atas
keterlambatan saya dan isiden kecil ini. Kita bisa mulai rapatnya.”
Rapat berjalan dengan lancar dan menghasilkan sebuah proyek pembangunan hotel
di Bali. Semua bertepuk tangan dengan semua ide-ide yang Mika kemukakan. Tuan
Drew pun ikut kagum dengan pemikiran yang Mika miliki.
“Terimakasih telah bekerjasama dengan
kami Tuan Drew.” Ucap Mika seusai rapat selesai, “Sekali lagi maafkan saya yang
membuat anda menunggu 30 menit.” Lanjut Mika.
Julia datang dengan panik,”Maafkan saya
menyela pembicaraan anda dengan Tuan Drew, Bu Mika. Tadi saat saya ke kamar mandi sebentar anak
itu sudah tidak ada di tempat duduknya.”
“Bisa saya pergi sebentar Tuan Drew,”
Drew tersenyum sebagai jawaban “Iya” untuk Mika.
Julia dan Mika berjalan keruang
informasi yang saat ini hanya ada Pak Ilo yang giliran bertugas. Julia
benar-benar merasa bersalah dengan tingkah cerobohnya. Tapi Mika tetap tenang
dengan segala masalah yang dihadapinya.
***
Sesuai mengahadiri acara seminar
mahasiswa disalah satu Universitas di New York untuk memberikan sedikit
trik-trik dalam merancang sebuah bangunan ia segera mengendari mobilnya ke gallery lukisan sahabat dekatnya. Sebelum pita yang bertengger di pintu gallery dipotong Ahmed datang tepat waktu
untuk menyaksikan Renald memotong pita itu, sebagai tanda gallery lukisannya telah diresmikan. Seperti halnya Renald, Ahmed juga
gemar melukis tapi dia lebih senang merancang bangunan-bangunan pencakar langit
yang tinggi dan menjulang sangat mewah. Sudah puluhan proyek di berbagai negara
yang dia tangani dengan timnya, oleh sebab itu dia sering berpindah-pindah
negara.
Saat masuk di gallery itu matanya hanya
tertuju pada satu lukisan dari berpulu-puluh lukisan yang di pajang Renald di gallery dua lantai yang cukup mewah. Di
bawah lukisan itu tertulis “MyBride”
yang membuat Ahmed tersenyum kecil mengingat untuk pertama kalinya ia melukis
seorang wanita setelah ibu dan kakak
perempuannya.
“Gue terpaksa memajang lukisan ini,
menurut gue lukisan ini sangat cantik. Kapan lu kenalain wanita di lukisa itu
kepada gue brow?” Renald datang menepuk pundak Ahmed.
Ahmed berbalik mengalihkan pandangannya
menghadap Renald,”Secepatnya, dia akan aku perkenalkan sebagai pengantiku.
Doakan saja, supaya aku berhasil meminangnya.”
Renald tertawa,”Maafkan aku tidak
meminta izinmu memajang lukisan ini. Hanya lukisan ini yang bukan karyaku di
gallery ini, semata-mata sebagai rasa terimakasihku kepadamu yang telah
merancang gallery ini begitu mewah,
dengan harga yang sangat murah tentunya.”
Giliran Ahmed yang tetawa,”Gue ikhlas,
jangan biarkan orang lain membeli ini. Aku akan persembahkan lukisan ini kepada
calon pengantiku. Ajak anak dan istrimu pulang ke Indonesia untuk menyaksikanku kalimat sakral yang akan ucapkan.”
“Tentunya!” Singkat jawaban Renald
karena ada seseorang yang akan menawar lukisan karyanya.
Sudah cukup lama Ahmed berdiri di depan lukisan karyanya yang satu bulan lalu ia buat dengan membayangkan Mika mengenakan pakaian pengantin Jawa. Tidak terasa sudah empat bulan Ahmed berada di New York dan sekarang dua proyeknya sudah selesai.
Sudah cukup lama Ahmed berdiri di depan lukisan karyanya yang satu bulan lalu ia buat dengan membayangkan Mika mengenakan pakaian pengantin Jawa. Tidak terasa sudah empat bulan Ahmed berada di New York dan sekarang dua proyeknya sudah selesai.
Di sudut tempat gallery ini Reynald
banyak menemui para pecinta lukisan-lukisan yang menawarkan harga cukup tinggi
untuk lukisan karyanya. Sekarang
datanglah pembeli ke delapan yang menawar lukisan yang tidak bisa ditawar
dengan harga berapapun.
“Saya akan membeli lukisan anda dengan
harga yang mahal Tuan Renald.” Tawar laki-laki dengan menggunakan Tuxedo hitam dan sepatu pantofel yang terlihat sangat mahal.
Evina datang denga putrinya, dan berbisik pada Renald “Berikan
saja Ren, kita masih memerlukan banyak uang untuk membangun lagi industri papa
yang bangkrut. Kamu bisa menduplikat lukisan itu.” Istri Renald meyakinkannya.
Renald diam sejenak untuk
menimbang-nimbangnya,”Saya tidak bisa menyerahkan lukisan ini kepada anda
sekarang Tuan. Mungkin anda bisa mengambil lukisan ini seminggu setelah ini.”
Ucap Renald yang membuat Evina senang dengan keputusan suaminya.
“Baiklah seminggu lagi saya akan
mengambil lukisan itu dan memberikan uang tunai kepada anda Tuan Renald.”
Pembeli itu pergi menuju pintu keluar gallery . Evina memeluk suaminya dan berkata,”Terimakasih sayang.”
***
Mika sedang mengemas barangnya di dalam
koper untuk keberangkatan pagi-pagi sekali menuju Bali. Sebenarnya dia tidak
ingin pergi lebih cepat dan meninggalkan tanggung jawabnya sebagai manager,
tapi ini semua paksaan Naima yang akan melaksanakan pernikahannya di Bali.
Selain membantu Naima, Mika juga akan tetap bekerja memastikan tempat pendirian
proyek barunya. Sepertinya 2 minggu di Bali akan sangat melelahkan karena dia
mempunyai dua pekerjaan sekaligus.
“Hallo Julia, dua minggu ini cancel
semua pertemuan saya. Dan gantikan saya untuk mengurus Hotel. Saya percayakan
semuanya kepadamu. Saya harus melihat proyek yang ada di Bali dan membantu
mengurus pernikahan sahabat saya.”
“Baik
mbak siap laksanakan! Ucapkan kata
selamat menempuh hidup baru kepada mbak Naima mbak.”
Di balik panggilan itu Julia tersenyum karena Mika sangat baik kepdanya. Untuk
Mika, Julia sudah seperti adiknya sendiri, dengan 2 tahun terpautnya usia mereka.
“Saya akan membawakan oleh-oleh untukmu
dan bapak ibumu.”
Julia memindahkan ponselnya di telinga
kirinya,”Tidak usah repot-repot mbak, ini
sudah tugas saya sebagai sekertaris anda.”
“Tidak apa-apa Jul, dulu saya juga sudah
merasakan sebagai sekertaris sepertimu. Siap-siap aku repotkan.”
“Saya
senang di repotkan mbak Mika. Jangan lupa mbak untuk menjemput Tuan Drew.
Sekarang beliau sedang di U.S.A dan akan langsung tiba di Bali. Tuan Drew
belum tahu lokasi anda menginap.”
“ Terimakasih telah mengingatkanku Jul, akan aku catat di
agendaku. Selamat malam.”
Hari ini rumah terasa sepi karena Azel
pergi ke Kediri di kampung inggris di Pare. Liburannya selama 3 bulan ia
habiskan disana sambil mempelancar bahasa Inggrisnya. Mika harus memasang
banyak alrm supaya dia tidak telat bangun, bisa bahaya jika dia telat. Karena
jika itu terjadi ketiga sahabatnya akan menceramahinya habis-habisan.
Pukul 05.00 WIB, tiga jam bekker dan alrm ponsel Mika berdering bersamaan menimbulkan suara berisik yang
tidak karuan di dalam kamarnya. Mika segera bangun terlonjak karena kaget.
“Hastt..... Aku yang pasang alrm aku
yang kaget sendiri.” Dia tertawa sambil mengucek matanya yang masih berat.
Dengan langkah sempoyong Mika menuju
kamar mandi, air pagi ini sangat dingin membuat matanya langsung terbelalak.
Mungkin berendam seperempat jam akan membuatnya lebih fress pagi ini setelah semalam lembur dengan berkas-berkas yang ia
kerjakan.
Drttt....Drttt.....
“Jangan sampai telat.....!!!” Suara
nyaring itu memecah gendang telinga Mika. Siapa lagi kalau bukan Naima, calon
pengantin baru.
Dengan menggeret
kopernya keluar rumah Mika menjawab panggilan Naima,”Baik calon pengantin baru,
ini mau naik taxi menuju bandara. Jangan
aku aja yang kamu teriaki yang lain juga donk! Enggak adil banget!”
Naima meloudspeaker panggilannya, “Kita sudah berada disini semua Ibu Mika..”
Mika tersenyum
simpul,”Hehe... Kurang aku ya ? Maaf kemarin aku lembur nyelesain
berkas-berkas.”
“Cepat kemari atau akan kami cincang!”
Panggilan itu terputus, sepuluh menit kemudian taxi sampai di depan Bandara Adisutjipto Yogyakarta. Dengan terburu-buru Mika menggeret kopernya sambil membenarkan tas tangannya. Semua tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi Mika, tapi sang pemilik muka cemberut melihat sahabatnya mengerjainya.
Panggilan itu terputus, sepuluh menit kemudian taxi sampai di depan Bandara Adisutjipto Yogyakarta. Dengan terburu-buru Mika menggeret kopernya sambil membenarkan tas tangannya. Semua tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi Mika, tapi sang pemilik muka cemberut melihat sahabatnya mengerjainya.
“Enggak lucu
tahu kalian ngerjain aku, ternyata ada yang belum datang selain aku.”
Greysi
menghampiri Mika,”Kita lebih paham kebiasaan sahabat kita yang satu ini. Kalau
enggak gini kamu pasti telat, kamu hanya akan tepat waktu untuk bisnis.”
Mika tersenyum
penuh makna kepada para sahabatnya,”Kalian paling Best pokoknya. Selamat Naima,
akhirnya kamu nikah dengan duren dan jadi seorang ibu dari anak secantik
Indrian.” Mika memeluk Naima.
“Terus kapan
ceritanya kamu akan menyusul kita?” Olive sekarang menyekak mat Mika.
Wajah Mika
berubah muram, lalu teringat Ahmed yang akan pulang akhir bulan ini, sudah
seminggu Ahmed tidak menghubunginya dan Mika juga tidak balik menghubungi
Ahmed.
“Secepatnya,
skenario hidupku belum akan sampai saat episode dimana seorang Mika akan
menikah dengan pangeran.” Mika tertawa tapi teman-temannya hanya memasang wajah
datar.
“Sudahlah suami
Olive sudah datang.” Lanjut Mika melihat Azka suami Olive datang.
Hanya Mika saja yang hadir tanpa pasangan meskipun merasakan sepi tapi Mika sudah biasa mengubah suasana yang tidak nyaman menjadi nyaman. Pernikahan Naima ini adalah liburan panjang untuk para sahabatnya dan keluarga kecil mereka, meskipun sebelumnya Naima harus merengek kepada para suami sahabatnya kecuali Mika.
Hanya Mika saja yang hadir tanpa pasangan meskipun merasakan sepi tapi Mika sudah biasa mengubah suasana yang tidak nyaman menjadi nyaman. Pernikahan Naima ini adalah liburan panjang untuk para sahabatnya dan keluarga kecil mereka, meskipun sebelumnya Naima harus merengek kepada para suami sahabatnya kecuali Mika.
***
Setelah
mendapatkan sesuatu yang dia mau sebelum tanggal perjanjian, Tuan Drew lebih
cepat berangkat ke Bali dengan anak laki-lakinya. Dia adalah sosok ayah
sekaligus sosok mama untuk Clow putra tunggalnya. Clow telah tumbuh menjadi
anak yang menggemaskan dan tampan. Mata birunya mewarisi mata indah mamanya,
istri Drew yang telah meninggal saat melahirkan Clow. Sekarang umur Clow tiga
tahun, dan kematian istri tercintanya sudah tiga tahun lamanya. Selama itu Drew
berusaha menjadi dua sosok yang seimbang untuk putra tersayangnya.
“Dad, aku ingin
bertemu dengan tante lolipop.” Suara menggemaskan itu terucap jelas dari mulut
Clow. Meskipun usianya 3 tahun tapi Clow sudah bisa mengucapkan kalimat yang
jelas.
Drew menangkup
wajah putranya,”Setelah ini kamu akan bertemu tante lolipop.
Jangan lupa bilang terimakasih karena telah menolong dan memberimu lolipop.”
Jangan lupa bilang terimakasih karena telah menolong dan memberimu lolipop.”
Clow hanya menganggukan kepalanya lalu ia memejamkan matanya, pesawat akan segera take off.
Dia akan memberikan hadiah kepada Mika, bahkan dia tidak menyangka wanita
dilukisan itu sangat mirip dengan Mika, oleh sebab itu dia berani membeli
lukisan itu dengan harga tinggi.
Mika dan para
sahabatnya sudah empat hari di Bali. Tiga hari lagi pernikahan Naima akan di
adakan di Nusa Dua di Cabang Hotel yang di kelola perusahan Mika bekerja. Segala pernak-pernik telah dipersiapkan
tinggal mendekor tempat berlangsungnya acara.
Gaun pengantin pria dan wanita telah disiapkan bahkan pakaian untuk
pendamping pengantin yaitu para sahabatnya juga telah siap. Untuk pihak
keluarga semua pakaian serempak. Naima penganut agama Kriten jadi pernikahannya
dipimpin oleh Pendeta, mereka adalah empat sahabat yang saling toleran dan
melengkapi sejak SMA.
“Aduhhh.... Aku harus pergi ke bandara karena clientku
hadir sebelum waktunya.” Mika panik, sedangkan Naima dan suaminya sedang mencoba baju
pengantin.
“Maafkan aku
Nai, seharusnya beliau tiba saat pernikahanmu sudah selesai.” Lanjut Mika
dengan rasa tidak enak kepada Naima.
Naima
tersenyum,”Santai aja kalik Mik, itung-itung clienmu bisa untuk teman saat kamu
menghadiri acara pernikahanku. Sebenarnya dari kemarin kita kasihan liat kamu
sendirian saat kita sedang asik bersama pasangan kita.” Ucap Naima yang di
berikan dukungan anggukan kedua sahabatnya.
“Akan aku
cincang kalau Ahmed pulang nanti.” Ucap Greysi sambil mengeraskan
rahang-rahangnya.
“Mama mulai lagi
deh.” Willy memperingatkan istrinya yang masih terlihat tomboi itu. Greysi
meringis memperlihatkan gigi berbehelnya kepada suami tercintanya.
“Yaudah aku
pergi dulu.” Mika pergi meninggalkan mereka.
New York masih
di tutupi dengan salju tebal selama bulan Desember ini. Di suasana yang dingin
Ahmed sesegera mungkin menyelesaikan tugasnya. Karena dia akan mengejutkan Mika
dengan kepulangannya memberikan kabar baik kepada Mika.
“Sepertinya kamu
berjuang keras sekali dengan proyek ini.”
Verhan rekan kerjanya menghampiri Ahmed.
Masih dengan
penggaris dan pensil yang dia pegang,”Harus selesai sebelum waktunya, dan aku
akan pulang ke Indonesia kemudian menyelesaikan dua proyek disana.”
“Proyek hotel di
bali yang ditangani Mika, dan Perusahaan kontruksi yang telah berhasil kamu
bangun?” Tebak Verhan.
Ahmed
menghentikan pekerjaannya,” Sepertinya aku sudah capek dengan pekerjaan Free line ini. Aku akan segera meminang
Mika, semua yang aku miliki sudah cukup untuk membangun rumah tangga. Sudah 11
tahun aku mengumpulkan semuanya. Jangan sungkan-sungkan jika meminta bantuan
kepadaku.” Terang Ahmed dengan wajah yang sumringah membayangkan wajah Mika
mejadi pengantinnya.
“Semoga kamu
selalu berbahagia dengan Mika brow.” Verhan menepuk pundak Ahmed.
Verhan
menghentikan langkahnya,” Jadi Mika belum tahu kalau desain Hotel yang ia
tangani, tim kita yang buat?”
“Yap benar aku akan
mengejutkannya, aku akan meminangnya saat kita berada di Bali.”
Di depan Bandara Mika sedang menunggu
kedatangan Tuan Drew dia melihat sekeliling tapi sama sekali wajah clientnya itu belum terlihat.
“Dad, Itu tante
lolipop.” Teriakan Clow membuat Mika melihat anak tampan yang telah ia tabrak
itu. Clow turun dari gendongan Drew lalu berlari menuju Mika dan memeluk kaki
Mika.
“Aku rindu tante
lolipop.” Mika mengabaikan Drew yang berjalan menujunya dan lebih tertarik
dengan Clow yang memeluk kakinya.
Dia
mensejajarkan tingginya dengan Clow dan berkata sambil menangkup wajah
Clow,”Anak tampan, kemana saja kamu? Tante cemas mencarimu.”
“ I am fine aunty. Maafkan Clow menabrak
tante dan terimakasih telah menolongku dan meberikan aku lolipop.” Clow
tersenyum yang membuat pipi gembilnya terangkat, membuat Mika semakin gemas
dengan Clow.
“Namamu Clow?
Kamu pintar banget anak tampan.” Mika mencubit pipi Clow lalu mencium kening
anak itu.
“Karena Dady
yang mengajariku.” Sontak Mika teringat tentang Drew lalu berdiri di hadapan
Drew yang sudah sejak tadi melihat dan mengamati dialog antara Mika dan Clow putra
kesayangannya.
“Maafkan saya
Tuan Drew. Saya terlalu senang dengan anak kecil sampai mengkacangin anda.
Eh..... Maksud saya tidak memperhatikan anda.” Mika salah tingkah dengan
sikapnya. Selalu seperti ini saat dia terlena dengan hidupnya yang sebenarnya.
“No problem miss Mika. I am happy looking you and Clow.”
Clow menggeret
tangan Mika memasuki mobil lalu Drew mengikuti mereka.
“Sekali lagi
maafkan saya karena telah membuat Clow terjatuh dan menangis waktu itu, saya
tidak tahu jika Clow adalah anak anda.” Mika merasa tidak nyaman di mobil Drew
yang hanya berisikan mereka bertiga karena Drew menyuruh supirnya pergi lebih
dulu.
“Dady jangan
marahin tante lolipopku!” Sontak Clow memarahi ayahnya.
Mika menghadap
belakang melihat Clow,”Dady tidak memerahi tante Clow.”Terang Mika yang di
mengerti Clow.
“Aku ingin duduk
di depan bersama tante.” Rengek Clow segera mungkin Mika menggendong Clow
pindah kedepan dan memangkunya.
Terjadi
perbincangan yang membuat tiga orang itu tertawa bersama. Apalagi tingkah lucu
Clow yang membuat mika selalu tertawa. Drew yang mengemudi melirik kebahagian
anaknya dan senyum manis Mika. Suasana ini yang ia dambakan dengan Clow selama
ini.
***
Satu hari sudah
di lewati Mika dengan Drew, Clow dan para sahabatnya. Melihat kebahagian Mika.
Sahabatnya menyarankan supaya Mika memilih Drew yang lebih hangat dan lebih
mengerti Mika di bandingkan Ahmed yang jarang menemui mika setelah 2 tahun lalu
dia sering di tugaskan keliling dunia.
“Tidak masalah
menikah dengan laki-laki satu anak. Liat aku juga menikahi Erdo yang juga
mempunyai satu anak cantik dan menggemaskan.” Naima memngelus kepala Indrian
yang sedang bermain dengan Clow. Sedangkan para lelaki sedang membentuk forum
memngobrolkan soal bisnis.
Greysi ikut
menambahi bumbu di pembicaraan Naima,”Kurang apa Drew. Dia pegusaha kaya,
wajah bule cakep, anak juga cakep, perhatian cukup, bahkan dia nurut sama kamu.
Mending lu pikir-pikir lagi deh Mik.”
Olive teringat
Ahmed yang berjanji kepadanya akan menjaga Mika dan menjadikan Mika teman
hidupnya. Diantara mereka bertiga Olive adalah sahabat Mika yang paling lama.
Flesbacak*
“Selama dua tahun ini aku akan di tugaskan keliling
dunia untuk proyek-proyek besar. Aku titip Mika ya Ol, aku percaya kepadamu
karena kamu paling dewasa diantara mereka berdua dan kamu adalah sahabat Mika dari
SD. Ini adalah tantangan untukku dan akan menjadi akhir perjalanan kerja Free
line ku, aku akan pastikan setelah ini perusahaan kontruksiku sudah berkembang
pesat dan harta dan bisnis-bisnisku sudah cukup untuk anak-anakku dan Mika
kelak.”
Olive tersentuh dengan usaha Ahmed membuat Mika
bahagia, karena Ahmed tidak mau membuat Mika sengsara seperti masa kecilnya.
Mika telah menderita sejak kecil bahkan sejak dia remaja, dia harus banting
tulang untuk memembantu kedua orang tuanya.
Sedangkan Ahmed adalah anak dari keluarga berada.
“Aku percaya kepadamu kalau kamu akan membahagiakan
sahabatku itu.”
Back to strory*
Olive beranjak
dari tempatnya duduk mengambil Naila anaknya yang menangis,”Jangan menilai
orang jika tidak tahu kebenarannya. Semua harus di pertimbangkan dengan matang.
Tidak adil untuk Ahmed jika kamu menjalin hubungan dengan Drew sebelum kamu
menjelaskan kepadanya. Jika itu terjadi kamu yang salah Mik, itu namanya kamu
selingkuh. Setiap hubungan yang bermasalah harus di bicarakan bersama langsung,
tidak hanya saling diam. Kalau kamu enggak keluarin unek-unekmu mana tahu dia
tentang perasaanmu. Dia yang kamu cinta orang biasa, bukan peramal yang tahu
segalanya tentang isi hatimu dan bukan pengamat tingkah laku orang.”
“Benar juga sih
Mik kata Olive, memang Olive paling dewasa dari kita. Tersanjung aku mendengar
penjelasanmu Ol.” Naima memasang pulp
eyes.
“Aku juga setuju
dengan Olive.” Giliran Greysi memberi suara.
Setelah
perbincangan mereka selesai Drew dan laki-laki lainnya beranjak menuju
gerombolan wanita-wanita itu. Semua terlihat seperti keluarga yang sangat
rukun, damai, dan bahagia. Sungguh keluarga dan persahabatan yang sangat
diidam-idamkan setiap orang.
Mika minta Izin
meninggalkan mereka, termasuk Drew dan Clow. Tiba-tiba saja Clow berdiri
mengahmpiri Mika yang akan pergi.
“Mom, jangan
pergi temani aku bermain dengan Naila, Indrian, dan Samuel.”
Semua pandangan
beralih memandang perempuan dan seorang anak yang sedang berinteraksi itu.
Mendengar Clow memanggilnya ibu membuat darah Mika memanas dan hatinya
berdegub. Secara bersamaan Drew mulai mencintai Mika, dia adalah sosok ibu dan sosok istri yang
ia cari selama ini.
“Clow sayang.
Kamu dengan dady dulu ya, tante ada keperluan. Clow anak yang baik kan, tante
hanya sebentar. Tante janji akan mengajak Clow jalan-jalan kepantai melihat sunrise.” Mika mengelus kepala Clow
lalu mencium pipi gembilnya.
Para sahabatnya
tidak menghentikan langkah Mika, karena mereka tahu apa yang akan mereka
lakukan. Dia akan menghubungi Ahmed, memberikan kabar untuknya bahwa dia sangat
merindukan kekasihnya itu.
Di New York
pukul 08.00 pagi, semalam Ahmed lembur mengerjakan semua tugas-tugasnya.
Ponselnya terus berdering tapi dia masih memejamkan mata, jam 04.00 tadi dia
baru selesai mengerjakan semuanya. Tapi Ahmed bukan Mika yang susah bangun jika
lembur dengan pekerjaan. Dia mengulurkan tangannya meraih ponselnya yang tidak
berhenti berdering.
“Morning sayang!”
Ucap Mika dari balik panggilan itu.
“Morning to
sayang. Aku merindukanmu mengucapkan itu
setelah 2 tahun terakhir ini.” Jawab Ahmed masih dengan posisi tidurnya yang tengkurap
menahan rasa kantuk.
“Kamu belum bangun ya? Disana pasti sudah pukul 08.00 pagi.”
Ahmed tersenyum
melihat Mika memarahinya karena dia telat bangun, “Semalam aku lembur
menyelesaikan semua tugasku. Aku ingin segera kembali dan menemuimu.”
Mika tersenyum
bahagia mendengar penjelasan Ahmed,”Cepatlah
pulang, aku ingin ceritakan banyak hal dan aku akan mengeluh banyak padamu.” Terang
Mika yang membuat hati Ahmed berdesir.
“Tunggu aku, aku
mencintaimu Nyonya Ahmed Faudra. Bolehkah aku melanjutkan tidurku? Aku harus
menjaga ketampananku untuk bertemu denganmu.” Ucap Ahmed yang membuat Mika
tergelitik geli mendengarnya.
“Tidurlah, aku akan bertemu anak-anak temanku
menceritakan seorang pangeran tidur bukan putri tidur. Dua hari lagi pernikahan
Naima akan dilaksanakan.” Mika berhenti bicara
sejenak, “Akan sangat bahagia jika aku
hadir denganmu.”
Ahmed hanya
tersenyum mendengar keinginan Mika karena dia akan mewujudkannya dan memberikan
surprise untuknya. “Pergilah, jangan
membuat anak-anak selucu mereka menunggu pendongengnya.” Ahmed
memang sengaja tidak menjawab keinginan Mika.
“Baiklah pangeran tidur, tidurlah dan jaga
kesehatanmu untukku dan untukmu. Aku mencintaimu.” Mika mengakhiri obrolan mereka.
***
Pagi-pagi sekali
Mika bangun untuk menepati janjinya kepada Clow melihat sunrise. Mika menekan tombol dictaphone,
di layar berukaran 2 inc terlihat wajah Mika.
“Selamat pagi
Tuan Drew, apakah Clow masih tidur? Aku mempunyai janji mengajaknya melihat sunrise pagi ini.”
Sekali lagi Mika membunyikan bel itu tapi masih belum ada jawaban. Mika mencoba menunggunya di luar. Di kasur king size, dua laki-laki tampan sedang menggeliat merasakan suara yang mengganggu tidur nyenyak mereka. Setelah telinga laki-laki kecil itu mengenali suara itu, dia langsung bangun tidak mempedulikan ayahnya yang masih memejamkan mata.
Sekali lagi Mika membunyikan bel itu tapi masih belum ada jawaban. Mika mencoba menunggunya di luar. Di kasur king size, dua laki-laki tampan sedang menggeliat merasakan suara yang mengganggu tidur nyenyak mereka. Setelah telinga laki-laki kecil itu mengenali suara itu, dia langsung bangun tidak mempedulikan ayahnya yang masih memejamkan mata.
“Tante
lolipop!” Serunya pelan.
Clow mendorong
kursi kecil lalu menaikinya untuk meraih tombol, supaya pintu terbuka. Dengan
wajah bantal Clow mengucek matanya membuat Mika mensejajari tingginya.
“Aduh ternyata
anak tampan ini masih tidur. Maafkan aku telah mengganggu tidurmu Clow. Tante
hanya menepati janji tante. Ya sudah Clow lanjutkan tidur dan tante akan pergi.”
Saat Mika
beranjak berdiri Clow meraih tangannya menggeret Mika masuk kedalam,”Dady juga
masih tidur. Tante bangunkan Dady, aku akan mandi.”
“Aduhhhh..... Mana bisa aku membangunkan Tuan Drew!
Dan enggak mungkin aku menolak permintaan Clow. Hati anak kecil sangat
sensitive.” Batin Mika, yang saat itu berada di
depang kasur king size itu.
“Tante mandiini
Clow di kamar tante aja ya? Di sana tante punya lilin aroma apel yang baunya
sangat enak. Gimana?”
Clow
menggelengkan kepalanya,”Bangunkan Dedy tante.” Clow memanyunkan bibir
mungilnya.
Selangkah demi
selangkah Mika menuju dekat sekali dengan tempat tidur Drew. Dan sekarang dia
tepat di samping tempat tidur Drew dengan Clow yang berada di sampingnya. Clow
naik di tempat tidur itu, membuat goyangan yang juga membuat tubuh Drew
bergoyang.
Masih dengan
mata terpejang,”Dady masih mengantuk Clow. Lanjutkan tidurmu Dady akan
menepuk-nepuk pantatmu.” Drew meraih tubuh mungil Clow dalam pelukannya.
“Tante lolipop
disini Dady.” Seketika tubuh Drew tergonceng mendengar penjelasan Clow.
“Bohong ya anak
pintar Dady.”
Mika mencoba
membuka mulutnya, “Maafkan aku tuan Drew, aku hanya ingin menepati janjiku
kepada Clow.” Dengan sedikit tubuh yang bergetar Mika membalik badannya
membelakangi Drew.
Drew membuka
matanya lebar-lebar setelah mendengar suara Mika barusa. Dia langsung bangun,
kali ini dia sangat merasa malu. Apalagi dia hanya menggunakan celana kolor dan
toples.
Saat Drew
bergerak turun dari ranjang Mika membalikkan badannya untuk mohon izin,”Saya
akan keluar Tuan Dr........”
“Maafkan saya
miss Mika, saya tidak tahu anda berada disini.”
Drew menggendong
Clow menuju kamar mandi sedangkan Mika cepat-cepat keluar. Jantungnya berdegup
getar, wajahnya memunculkan semburat merah. Dia sangat amat malu kali ini.
Di dalam kamar
mandi Clow cekikikan sambil memainkan mainan bebeknya. Drew melihat bercermin
dan menggosok giginya, dia merasa malu dengan Mika. Seharunya dia tadi bangun,
bukan Clow yang bangun lebih dulu. Ini gara-gara begadang dengan suami-suamu
sahabat Mika.
“Miss Mika,
apakah kita masih bisa berjalan-jalan ke pantai meskipun sunrise sudah terlewat?” Suara bariton itu terdengar di dalam
ruangan yang di tempati Mika.
Segera Mika hengkang dari sofa membukakan pintu kamarnya, lalu Clow menabraknya seperti biasa anak kecil itu hanya bisa memeluk kaki Mika,”Clow ingin jalan-jalan ke pantai tante.”
Segera Mika hengkang dari sofa membukakan pintu kamarnya, lalu Clow menabraknya seperti biasa anak kecil itu hanya bisa memeluk kaki Mika,”Clow ingin jalan-jalan ke pantai tante.”
Mika menutup
pintu kamarnya lalu menggandeng Clow, sedangkan Drew berada di belakang mereka.
Suasana sangat canggung setelah kejadian itu. Tawa tiga orang itu lepas saat
bermain air dan pasir pantai. Semua kecanggungan terpecah menjadi kebahagiaan.
“Mom istana
pasirnya runtuh terkena air pantai.” Clow cemberut melihat bangunannya runtuh.
Mika masih belum tuli untuk mendengar Clow memanggiknya “Mama” untuk kedua
kalinya. Tapi dia tidak mau melarang Clow karena itu akan menyakiti hati anak
itu.
“Maafkan saya
miss Mika, Clow tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari sosok ibu yang
sebenarnya mulai dia lahir. Aku lah yang menjadi sosok mama dan ayah untuknya.”
Terang Drew merasa tidak enak dengan Clow yang selalu memanggil Mika dengan
sebutan “Mama”.
Mika duduk
diatas pasir putih sambil melihat Clow yang memperbaiki istananya,”Tidak
masalah untukku Tuan Drew, terkadang anak Greysi dan Olive juga memanggilku
mama. Mungkin karena aku terlalu suka dengan anak-anak, maka dari itu saat
dekat dengan mereka jiwa ke ibuanku keluar. Membuat mereka merasakan sosok
seorang ibu.” Mika tertawa yang membuat Drew merasakan rasa yang berbeda di
dalam hatinya.
“Tadi hanya bercanda
tuan, aku masih belum jadi ibu. Kalau anak-anak memanggilku mama, itu memang
kenyataanya.” Terang Mika melihat mata coklat Drew.
Sesaat tatapan
itu itu mengisyaratkan kepada Mika tentang perasaan Drew. Mika langsung
mengalihkan perhatiannya,”Sepertinya Clow sangat bahagia. Jika kelak aku punya
anak, aku ingin anakku seperti Clow.” Terang Mika sambil terkikik memecah
kecanggungan dianatara mereka.
“Bahkan kau akan
mendapatkan keduanya miss Mika.”
Mika tertawa
kecil,”Jangan ngelantur tuan Drew, suasana ini sepertinya membuatmu merasakan
kantuk lagi.” Mika berdiri menghampiri Clow lalu ikut membangun istana megah
itu.
Ahmed telah membooking Hotel dan siap untuk berangkat
menuju Bali. Kamar hotelnya berada tepat di sebelah kamar Mika, dia akan
melamar Mika saat sampai disana. Lukisan pengantin itu akan ia persembahkan
sebagai hadiah untuk Mika. Dia mengemas barang-barangnya, dan tidak lupa
menyuruh Renald membungkus lukisan karyanya.
Penerbangannya
masih lima jam lagi, tapi dia sudah mempersiapkan semuanya. Jangan sampai ada
yang tertinggal termasuk kotak kecil berisi cincin dengan batu berwarna putih,
sangat cantik.
Massage
My Bride : Jangan kemana-mana saat jam menunjukan
pukul6 malam!
Ahmed menghapus
pesan itu, jika ia mengirimnya Mika pasti akan curiga jika ia akan hadir di
pernikahan Naima.
Sesaat dia
meletakkan ponselnya, kemudian benda kotak itu berbunyi.
“Tuan Alisky
memintamu mengubah rancangan untuk tamannya.” Suara Verhan terdengar jelas di
telinga Ahmed, jam penerbangannya lima jam lagi dan dia harus cepat
menyelesaikan semuanya.
Dengan cepat
Ahmed membawa barang-barangnya,” Tunggu aku disana.”
Setibanya di
perusahan Alisky Group, Ahmed menaiki lift menuju lantai lima. Ponselnya lupa
ia tinggalkan di dasboard mobil. Di tempat lain Renald mencoba menghubungi
Ahmed menanyakan jam penerbangannya, dia akan mengantarkan lukisan itu
dibandara karena mertuanya sedang sekarat di rumah sakit.
Flesback*
Setelah collega kaya itu menawar lukisan
pengantin Ahmed, Renald berfikir sangat keras. Akhirnya dia menemukan solusi
saar istrinya mengatakan kata “Duplikat”. Tiga hari dua malam ia habiskan untuk
menyempurnakan duplikat lukisan Ahmed. Sudah lima kali dia mencoba menggambar
wajah tenang dan selembut itu, tapi Renald tidak bisa. Ahmed telah menggunakan
perasaannya menggambar wajah itu, bahkan seseorang pun susah menduplikat
karyanya.
Jika ia menjual
lukisan itu, Renald akan merasa sangat bersalah kepada Ahmed yang telah
membantunya sampai dia bisa menikahi istrinya dan mendapatkan warga kenegaraan
Amerika, hidup dengan keluarga kecilnya. Renald adalah anak yatim piatu yang
telah di tinggalkan kedua orang tuanya karena sebuah kecelakaan saat dia masih
menjadi mahasiswa dengan Ahmed.
Meskipun lukisan
keenamnya telah jadi, tapi tidak sesempurna yang Ahmed buat. Hanya Ahmed yang bisa menggambarkan wajah itu
seperti aslinya, meskipun begitu saat
Drew mengambil lukisan itu dia sama sekali tidak menyadari bahwa lukisan
yang dia beli adalah duplikasi.
Back To Story*
Tuan Alisky
datang ketempat kerja Ahmed melihat rancangan yang telah Ahmed selesaikan selama
4 jam itu,”Saya selalu puas dengan rancangan anda Tuan Ahmed.”
“Terimakasi
telah mempercayai saya mendesain proyek pembangunan perusaan anda Tuan Alisky.”
Ahmed menjabat tangan Alisky.
“Bolehkan saya
pergi, karena penerbangan saya satu jam lagi.”
“Tentu tuan
Ahmed. “
Renald telah
menunggu Ahmed di bandara selama 3 jam , karena tidak melihat wajah Ahmed
akhirnya diapun berfikir mendatangi apartemen Ahmed untuk menyerahkan lukisan
yang telah ia bawa. Ahmed mengendarai mobilnya menuju bandara, kedua mobil itu
berpapasan di jalan, antara masuk bandara dan keluar bandara. Tapi dua
laki-laki itu tidak menyadarinya.
***
Pernikahan Naima
akan diadakan di sore hari dengan pemandangan pantai yang sangat indah, semua
hadirin akan menggunakan baju berwarna cream sedangkan sang pengantin akan
mengenakan baju pengantin berwarna putih. Mika telah merias dirinya sejak 3 jam
lalu, begitupun dengan kedua temannya. Mereka harus tampil cantik di pernikahan
sahabatnya. Di ruangan lain Greysi sedang memebetulkan dasi pita yang di pakai
suaminya dan dasi pita yang di pakai anaknya. Di kamar sebelahnya Olive sedang
menata Hijabnya dan menata Hijab anaknya Naima, sedangkan sang suami sudah
bersiap menunggu dua bidadari cantiknya.
Drew masih
menata rambut Clow yang hitam lebat, lalu membetulkan dasi yang asal-asalan
Clow kenakan sendiri. Lalu dia baru menggunakan pakaiannya, seharusnya pakaian
yang Drew pakai adalah pakaian yang di kenakan Ahmed tapi gara-gara kekasih
Mika itu tidak hadir, Naima menyerahkannya kepada Drew beserta pakaian kecil Clow
yang di buat otodidak.
Dengan serempak
mereka membuka pintu kamar yang menampilkan wajah-wajah bahagia termasuk wajah
sang pengantin Naima dan Indrian calon anaknya.
Mata Drew
menatap lekat-lekat Mika yang sangat cantik mengenakan kebaya yang pas di
tubuhnya,”Kamu sangat cantik Miss Mika.” Ucap Drew tanpa ia sadari didengan
semua orang yang ada di disini.
“Karena dia
sahabat kita tuan Drew.” Jawab Olive memecah kecanggungan.
“Maafkan saya
bukan maksud saya....”
“Tidak apa apa
tuan Drew.” Mika tersenyum simpul.
Clow menggandeng
tangan Mika dan Drew, mereka sangat terlihat seperti keluarga kecil yang
bahagia. Tempat pelaminan telah di dekor seindah mungkin, sedangkan Naima masih
dalam tempat persembunyiannya.
Ahmed telah
memasuki taxi untuk menuju tempat acara resepsi pernikahan Naima dan Erdo. Tapi
dia merasa ada sesuatu yang mengganjal saat tiba di Indonesia.
“Lukisanku!”
serunya dalam hati.
“Kenapa bisa
lupa seperti ini!” Gumamnya kecil, cepat-cepat dia merogoh sakunya mengambil
ponselnya. Tujuh panggilan atas nama Renald, bodohnya Ahmed sampai lupa dengan
lukisan itu.
“Maafkan aku
telah melupakan lukisan itu Ren, bisakah kamu mengantarnya kemari aku akan
menukar ongkos pesawatmu dan kelaurgamu.” Ucap Ahmed.
“Tidak usah, aku dan keluargaku akan kesana. Aku
juga ingin menghadiri pernikahan Naima mantan pacarku itu.”
Renald mengalihkan pembahasan soal ongkos pesawat, ini adalah saat yang tepat membalas kebaikan
Ahmed kepadanya selama ini.
Renald mencoba
menerangkan semuanya kepada istrinya, akhirnya mereka bersiap terbang ke
Indonesia saat itu juga. Ahmed merasa lega karena Renald mau berbaik hati
mengantarkan hadiah pernikahannya dengan Mika.
Tiga puluh menit
lagi pernikahan Naima akan dimulai, anak-anak bermain dengan bahagia.
Celotehan-celotehan itu membuat para orang dewasa tertawa, apalagi Clow yang
senang menggoda Naila anak Olive yang sepantaran dengannya, sedangkan Samuel
merasa cemburu dengan Clow karena Naila lebih senang dengan Clow daripada dia.
Indrian yang lebih tua dari mereka bertiga hanya merangkai bunga-bunga kecil
yang ada di depannya.
Clow menangis
saat Samuel mendorongnya lalu dengan refleks
Mika dan Drew bersamaan menghampiri
Clow. Mereka mencoba menenangkan Clow yang meangis layaknya seorang ayah dan
ibu yang menenangkan anaknya.
Dari kejauhan
dua buat mata menyaksikan kebahagian keluarga kecil itu, Ahmed hanya bisa
tersenyum getir melihat itu. Olive yang tahu keberadaan Ahmed mecoba
memanggilnya dengan lantang, “Ahmed!” Teriaknya yang membuat Mika mengalihkan
perhatiannya.
“Ahmed?” Ulang
Mika masih dengan posisinya menggendong Clow.
Drew melihat
laki-laki yang berdiri di pintu masuk kamar Naima, sedangkan Clow mulai diam. Mika membawa
Clow menuju Ahmed yang masih berdiri sambil tersenyum kecil menyambut kehadiran
Mika dengan anak kecil yang ada di gendongannya, “Selamat Mik.” Ucap Ahmed
dengan suara lirih yang masih bisa didengan Mika.
“Oooo selamat untuk
pernikahan ini? Seharusnya kamu mengucapkannya kepada Naima.” Jawab Mika.
“Selamat atas
keluarga kecilmu yang bahagia.” Jelas Ahmed membuat Mika tersentak.
Mikia
meninggalkan Ahmed yang masih mematung di depan pintu, mereka yang ada di dalam
hanya melihat kedua pasangan yang telah lama di pertemukan kembali itu. Clow
turun dari gendongannya lalu Mika mengajak Ahmed keluar, dia tidak mau
menghancurkan acara bahagia sahabatnya. Drew masih tetap di tempatnya, sambil
menjelaskan kepada Clow kenapa Mika meninggalkannya.
Mika menarik
tangan kanan Ahmed, sedangkan tangan kirinya masih membawa koper. Dia menekan
kode kamarnya lalu masuk sambil tertawa melihat Ahmed cemburu melihatnya dengan
Drew.
“Terimakasih
telah memberikanku ucapan selamat.” Mika berdiri tepat di depan Ahmed.
Laki-laki yang
lebih tinggi dari Mika itu, laki-laki yang sangat ia rindukan, hanya terdiam
tanpa menjawab ucapan Mika. Dengan cepat Mika memeluk Ahmed dan berbisik,”Dia
adalah rekan bisniku, itu anaknya Clow.
Anak tampan itu telah ditinggalkan ibunya, maka dari itu dia sangat
terlihat dekat denganku.”
“Maafkan aku
Mik. Tidak seharusnya aku cemburu seperti itu kepadamu.”
Mika melepas
pelukannya lalu,”Cepat mandi dan ganti bajumu. Pernikahan Naima akan
dilaksanakan 10 menit lagi.”
Mika keluar
masuk kamar Naima, masih dengan orang-orang yang tadi ia tinggalkan tapi tidak
dengan Drew, dia keluar membawa Clow yang dari tadi mencari Mika.
“Kemana Clow dan
tuan Drew?” Tanya Mika pada semuanya.
“Mereka keluar,
Clow dari tadi mencarimu. “ Sahut Niama.
“Sepertinya di
kamar Tuan Drew.” Sahut Greysi.
Mika keluar
mencari Drew di tempat resepsi tapi dia hanya menemukan Clow dengan sekertaris
Drew.
Ahmed datang
untuk menemui Naima mengucapkan selamat atas pernikahannya. Tapi di dalam kamar
itu dia tidak menemukan Mika yang tadi katanya akan kembali menemui para sahabatnya.
“Kalau nyariin
Mika dia sedang di kamar Tuan Drew karena Clow anaknya terus saja mencarinya.”
Jelas suami Greysi.
Dengan langkah
cepat Ahmed menju kamar Drew, lalu menekan tombol pintu. Seseorang keluar dari
pintu itu, seorang cleaning servis yang di suruh Drew membersihkan kamarnya
karena kekacauan yang dibuat Clow. Ahmed masuk dan
melihat sebuat lukisan yang tidak asing untuknya, seketika dia terkejut dan
menghubungi Renald. Lukisan yang dia lihat adalah lukisan Mika dengan baju
pengantin, itu karyanya tapi kenapa Renald berani menjual lukisan itu. Nada
sambung itu terus saja terputus karena Renald mematikan ponselnya saat
penerbangan.
“Sial!” Umpat
Ahmed lalu berlari mencari Mika.
Di hamparan
pasir pantai dan guyuran ombak pantai yang terdengar, Drew mengeluarkan kotak
hitam dengan pita perak diatasnya. Dia memegang tangan Mika lalu membuka kotak
itu, “Will you merry me Mika.”
Ahmed yang
menyaksikan itu segera pergi dengan hatinya yang sangat terasa sakit.
***
(TOBE CONTINUED )
PESAN PENULIS :
"Maaf
mengecewakan kalian para pembaca karena cerita ini belum selesai. Aku
akan menyelsaikannya kalau banyak yang meninggalkan komentar. Aku akan
lebih senang jika sebuah karya di hargai. Ambil makna yang mungkin
menjadikan diri anda menjadi sosok yang lebih baik. Untuk memebuat
kalian betah di blog ini aku akan tambahkan Vlog, puisi dan karya sastra
lainnya. Aku sangat mengahargai para pembaca karyaku."
Semua karya di lindungi hak cipta©
0 komentar:
Posting Komentar